Pages

Kamis, 28 Mei 2009

AL QUR`AN DAN SAINS ANTARA KESERASIAN, PERTENTANGAN DAN MUKJIZAT

A.Al-Qur`an dan Tafsir
Al-Qur`an adalah kalam Allah yang mu`jiz, diturunkan kepada nabi dan rosul terakhir dengan perantara malaikat Jibril al-amin yang tertulis dalam mushaf, berbahasa arab,yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah yang dimulai dari surat al-fatihah dan di akhiri surat an-nash.1
Adapun Tafsir berasal dari bahasa Arab fassara, yufassiru, tafsiran yang berarti penjelasan, pemahamann dan perincian.2Al-Qur`an yang menggunakan bahasa Arab masa lalu ini memiliki ungkapan-uangkapan yang banyak sekali bersifat simbolik, menggunakan lambang-lambang yang tidak menunjuk kepada pengertian lugasnya. Makna yang dikandung harus dipahami dengan menyebrangi batas kebahasaannya. Oleh karena itu banyak sekali pernyataan-pernyataan dalam Al-Qur`an yang mengandung lebih dari satu arti atau multi-interpretable. Dan kitab inipun bukan sebuah buku ilmiah atau buku sejarah, walau tak jarang menyinggung fenomena-fenomena alam yang mungkin bisa menjadi hipotesis atau informasi awal bagi pencarian teori ilmiah tentang objk-objek yang disebutnya atau fakta-fata sejarah.
B.Ilmu Pengeatahuan(Sains)
Di Indoneseia science sering disama artikan dengan ilmu pengetahuan. Ada yang setuju ada yang tidak sehingga mereka mengartikan science tetap dengan kata sains yaitu kata yang sudah di bahasa Indonesiakan meskipun pengucapannya tetap sama. Terlepas dari itu semua, penulis mencoba menggabungkan atau menganggap sama kedua hal tersebut tanpa ada maksud-maksud lain.
Dalam hal ini sains kita sama artikan dengan ilmu pengetahuan. Dan ini mempunyai dua tinjauan yaitu yang pertama adalah tinjauan definisi dari ilmu itu sendiri dan yang kedua tinjauan dari definisi pengetahuan.
llmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi kedalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.
Kata ilmu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya.
Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1.Obyektif. Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Obyeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji obyek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan obyek, dan karenanya disebut kebenaran obyektif; bukan subyektif berdasarkan subyek peneliti atau subyek penunjang penelitian.
2.Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3.Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4.Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dnegan ilmu-ilmu alam mengingat obyeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula. 3
Pengetahuan berarti adalah segala sesuatu yang menjadi obyek untuk dikaji lebih dalam. Pengetahuan sebagai obyek didasarkan dari bentuk katanya sendiri menurut tata bahasa Indonesia yaitu kata yang mendapat imbuhan pe-an berarti dia merupakan kata benda atau obyek, dalam artian dia menjadi penderita atau yang dikaji. Segala hal yang ada di alam semesta ini baik yang terkecil sampai yang terbesar semua bisa disebut pengetahuan. Sehingga pengetahuan mencakup semuanya yang ada di alam semesta ini.
Bangunan sains sendiri terdiri atas tiga pilar utama, yaitu ontology, aksiologi dan epistemology.












BAB III
METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh penjelasan mengenai hubungan antara qur`an dan sains.
B.Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yag digunakan peneliti adalah, studi pustaka (library research), yaitu dengan melakukan kajian terhadap berbagai literatur atau pustaka yang sesuai dengan penelitian ini dan interview yaitu peneliti mewawancarai para informan yang terkait
C.Metode Analisis Data
Adapun metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian ini adalah metode analisis, yaitu dengan melakukan analisa (penafsiran) terhadap data yang diperoleh.







BAB V
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.Ayat-ayat Kauniyah dan Umat Islam
Ada sekian kebenaran ilmiah yang dipoaparkan oleh Al-Quw`an, tetapi tujuan pemaparan ayat-ayat tersebut adalah untuk menunjukan kebesaran Tuhan dan k e-Esa-an-Nya, serta mendorong manusia seluruhnya untuk mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya.4 Syaikh Tantawi dalam tafsirnya Al-Jawahir menulis ada 750 ayat kauniyah sedangkan yang telah dirangkum oleh Dr. agus purwanto, M.Sc dalam bukunya Ayat-Ayat Semesta terdapat 800 ayat.
Keprihatinan Syaikh Tantawi telah dilontarkan lebh dari setengah abad yang lalu. Tapi, agaknya umat islam lebih nyaman dengan kondisi yang sekarang ini. Tak perlu bersusah payah untuk bersekolah, bereksperimen, berkutat dengan rumus-rumus selama bertahun-tahun dan tak perlu menghabiskan dana miliaran rupiah untuk membangun laboratorium seperti CERN atau menerbangkan teleskp Hubble. Kita umat islam sudah berbangga diri dengan menerima laporan hasil jadi perdebatan ilmuwan barat kenudian kita dengan terburu-buru membuka Al-Quran untuk mencari mana ayat yang cocok dengan teori tersebut. Dan setelah itu kita terkagum kagum pada kebesaran Allah, dimulut kita ucapkan subhanallah dan iman kita meningkat berlipat ganda. Cukup hanya itu sajadan kita menunggu teori baru lagi sasmbil berdebat tentang pendapat siapa yang palig cocok dengan kondisi sekarang.
Tidak ada upaya dari kita untuk menghitung sendiri, bereksperimen dan mencoba apa yang telah Allah hamparkan di alam semesta ini. Kekuatan kita dihabiskan untuk bekutat pada ayat-ayat hukum. Kondisi kita yang kebanyakan bukan seorang sufi tetapi bersikap kesufi-sufian mengakibatkan kelalaian dan pengabaian kita terhadap sains dan Al-Qur`an itu sendiri. Dr. Agus Purwanto, M.Sc seorang ahli fisika teoritik Indonesia menulis dalam bukunya Ayat-Ayat Semesta:
Meski ayat hukum hanya berjumah seperlima dari ayat-ayat kauniyah tetapi teah menyedot hamper semua energy ulama dan umat islam. Sebaliknya, ayat-ayat kauiyah meskipun nerjumlah sangat banyak tetapi terabaikan. Sains sebagai perwujudan normative dari ayat-ayat kauniyah seolah tidak terkait dan tidak mengantarorang islam ke surge atau neraka sehingga tidak pernah dibahas baik diwilayah keilmuan maupun pengajian-pengajian.5
B.Pandangan Umat Islam Terhadap Qur`an dan Sains
Pandangan kita terhadap sains dan AL-Qur`an secara umum bisa dikelompokan menjadi empat kelompok.
1.Kelompok pertama menerima Al-Qur`an secara penuh dan hanya menerima teori-teori sains yang cocok terhadap Al-Qur`an. Mereka secara terang teragan menolak teori-teori sains yang berbeda dengan Al-Qur`an yang dianggap sebagai hasil karya manusia yang tentunya sangat diragukan kebenarannyadari pada al-Qur`an yang merupakan kalam ilahi yang sudah pasti benar. Pandangan ini dapat diwakili oleh Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf penulis buku Matahari Mengelilingi Bumi. Hal ini dapat dipahami karena pendapat ini lebih berpegang kepada makna lahiriah teks-teks agama (al-Qur`an dan Hadits) dan warisan ajaran yag ada sejak lama dan karenanya ditaqdiskan.
Mereka menolak ketika ditemukan bahwa bumi mengelilingi matahari(heliosentris), sedang dalam Al-Qur`an disebutkan bahwa matahari berjalan sesuai garis edarnya yang mereka pahami mengelilingi bumi(geosentris). Demikian juga ketika teori evolusi dianggap menyelisihi pandangan Al-Qur`an yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Kalangan agamawan pada kelompk ini menjawab petanyaan-pertanyaan ilmiah yang ditanyakan sains berdasarkan pada teks-teks agama. Sedang kalangan Sains berdasarkan penyeidikan dan peneitian. Mereka mengklaim bahwa teks-teks agama bersifat mutlak kebenarannya, sehingga semua informasi yang diberikannya pastilah benar adanya. Kebanyakan kalangan ini akan memandang remeh dan sepele terhadap para ilmuwan, mereka memendang ilmuwan terlalu berkutat pada sesuatu yang sebenarnya telah mereka ketahui sejak lama. Dr. Abdul Shabur Sahin dalam
Sebenarnya semua ini bukan masalah besar bagi kita, selama kita masih mampu menjaga dan memegang kesucian teks Al-Qur`an yang telah Allah turunkan. Atau, tidak menyalahi apa yang dibebankan oleh agama. Hal tersebut juga tidak akan mempengaruhi kehidupan kita, selama kita masih menghormati logika nalar yang benar, mempunyai kesadaran dalam mempergunakan ilmu bahasa, dan mengajak masyarakat islam untuk mmpercayai semua rahasia Tuhan yang ada dibalik keajaiban Al-Qur`an.6
Kalangan ini sesungguhnya belum mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai alam semesta dan hukum-hukumnya. Kecuali hanya memberikan gambaran mistis tentang proses penciptaan Tuhan terhadap alam, dalam hitungan hari menurut Tuhan, dan dalam citra makhluk yang telah ditentukan Tuhan. Mengenai umur bumi dan momentum awal kehidupan di bumi, tampak sekali kalangan agama angkat topi. Lalu mereka akan memanfaatkanpenemuan-penemuan kalangan ilmuwan sambil mengatakn bahwa antara agama dan ilmupengetahuan tidak saling bertentangan!7
2.Kelmpok kedua adalah kaum muslim yang menerima penuh teori-teori sains dan menolak doktrin-doktrin agama (Al-Qu`an dan Hadits). Mereka mengatakan bahwa Al-Qur`an hanya berisi ajaran-ajaran agama saja yaitu moral dan ibadah. Jika ada kesamaan-kesamaan antara Al-Qur`an dan teori-teori sains hal itu wajar karena Al-Qur`an yang membuat Tuhan, tetapi jika ada yang bertentangan maka mereka lebih mempercayai teori-teori tersebut daripada yang diinformasikan Al-Qur`an. Mereka umumnya enggan untuk membahas persoalan ini.
3.Kelompok ketiga adalah kaum musim yang menguatkan pendapat yang menyatukan antara sains dan Al-Qur`an. Pendapat inilah yang paling masyhur dalam masyarakat muslim. Pandangan ini mulai mengalami perkembangan ketika diterbitkannya buku The Bible, Qur`an and Science karya Maurice Bucaillis sehingga karya dalam hal ini dapat dikatakan literature bucaillis. Mereka berusaha mengintegrasiakn pandangan agama dan sains. Karya mereka sangat bersifat apologetik. Walau dengan beragan cara pandang tapi tujuan mereka sama yaitu untuk membuktikan bahwa Al-Qur`an adalah wahyu Tuhan. Harun Yahya adalah penulis yang bercorak sama dengan pendapat ini9 banyak menguti dalam bukunya akan kebenaran AL-Qur`an lewat pembuktian sains modern.
Informasi mengenai perkembangan bayi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah serangkaian pngamatan dengan peralatan modern. Namun sebagaimana fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al-Qur`an dengan cara yang luar biasa. Fakta bahwa informasi yabg sedemikian terperinci dan akurat diberiakan dalam Al-Qur`an pada saat bidang ke4dokteran masih prtimitif, merupakan bukti nyata bahwa Al-Qur`an bukanlah ucapan manusia melainkan firman Allah.8
4.Meskipun para pendapat ini mendasarkan prinsipnya pada kieikhlasan untuk membuktikan bahwa ayat-ayat Al-Qur`an adalah benar-benar wahyu Tuhan, tetapi tidak berarti semua orang islam sependapat dengan mereka. Dan pendapat Inilah pendapat yang keempat yaitu tujuan dari Ayat-ayat kauniyah bukan untuk mencari kebenaran. Tetapi kepada implikasi atau kemajuan sains itu sendiri.
Membahas hubungan antara Al-Qur`an dan ilmu pengetahuan bukan denagn melihat, misalnya, adakah teori nrelativitas atau bahasan tentang angkasa luar, ilmu komputer tercantum dalam Al-Qur`an; tetapi yang lebih utama adalah meliohat adakah jiwa ayat-ayatnya yang menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah satu ayat Al-Qur`an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan? Dengan kata lain, meletakannya pada sisi " social psychology"(psikologi sosial) bukan pada sisi " history of scientific progress"(sejarah pearkembangan ilmu pengetahuan). Anggaplah setiap ayat dari 6226 ayat yang tercantum dalam Al-Qur`an (menurut perhitungan ulama kufah) mengandung teori ilmiah, kemudian apa hasilnya? Apakah keuntungan yang diperoleh dengan mengetahui teori-teori tersebut bila masyarakat tidak dibeari "hidayah" atau petunjuk guna kemajuan ilmu pengetahuan atau menyingkirkan hal-hal yang dapat menghambatnya?9
Sesuatu baru bisa disebut ilmiah apabila ia bersifat rasional, positif, dan empiris –inilah hukum ilmiah yang kita pahami. Demikianlah syarat sesuatu bis dimasukkan kedalam terminologi ilmiah . syaratyang lain adalahsesuatu tersebut bisa diuji dan diteliti kedalam laboratorium sedemikian rupa, sehiungga kesimpulan yang nantinya menjadi teori bisa diambil. Misal, pandangan ilmiah tentang semesta dan jagad raya, tentu saja berbeda dengan pandangan agama tentang hal yang sama. Oleh karena itu, jika teks-teks islam diilmiah-ilmiahkan, tentu hal ini menunjukan satu tingkat kelucuan dan kenaifan btersendiri yang tidak bisa diterima dari sudut pandang ilmiah itu sendiri. Ketika seseorang mengatakan "isyarat-isyarat ilmiah dalam Al-Qur`an",misalnya,maka istilah yang demikian ini tidak bisa diterima.10
Kebenaran Al-Qur`an yang mutlak benar dan kebrnaran sains yang berdasarkan tral andKebenaran Al-Qur`an yang mutlak benar dan kebrnaran sains yang berdasarkan trial and eror itulah yang sebenarnya sulit untuk disatukan. Dan bukan hanya itu saja alasan mengapa kelompok ini tidak sepaham dengan kelompok ketiga. Akan tetapi pandangan kelompok ketiga dikhawatirkan mengandung beberapa pandangan yang membahayakan Al-Qur`an dan kaum muslim sendiri antara lain:
a.Seperti kita ketahui bahwa sejak abad 19 hingga kini umat islam mengalami kemunduran yang parah, dan hal ini mengakibatkan umat islam mengalami perasaaan rendah diri atau inferiority complex. Jika ada penemuan baru, para ilmuwan islam mengatakan bahwa Al-Qur`an sudah sejak lama sekali yaitu satu setengah milenium tahun yang lalu telah menyatakan hal ini, Al-Qur`an lebih dulu daripada sains. Sebenarnya itu adalah akibat dari inferiority complex tadi. Dan para penemu rumus tersebut akan tertawa merendahkan dan berkata kepada umat islam, keanapa tidak tuan temuakan sejak dulu?
b.Dalam litertur apologetik terdapat kesulitan dalam hal bahasa. Suatu kata akan diartikan sangat jauh dari makna sebenarnyaagar sesuai dengan sains. Padahal Al-Qur`an adalah kitab yang sangat intens dengan bahasa terutama bahasa arab lama. Misal, kata kata “dzarrah” yang artinya benda yang sangat kecil diterjemahkan dengan kata atom. Padahal sains sendiri belum berani mengatakan atom adalah benda yang terkecil karena masih berkemungkinan ditemukan partikel yang lebih kecil.



C.Sains Islam
Walau pandangan umat islam mengenai ayat kauniyah Al-Qur`an dengan sains tapi pandangan kelompok kelima adalah yang paling aman yaitu dengan tidak menjadikan pencarian kebenaran sebagai tujuannya (aksiologi) tetapi lebih dititik beratkan pada aplikasi sains yang dijiwai semangat Qur`aniyah sehingga bias mencetak llmuwan yang membawa kepada kesejahteraan manusia. Bangunan sains islam sangat berbeda dengan sains barat. Sains barat ontologinya berdasarkan paham materialism, aksiologinya yaitu sains untuk sains da epistemologiya yaitu dengan metode ilmiah, empirisme dan tidak mempercayai adanya informasi wahyu.


Sedang sains islam bangunan keilmuan terdiri atas ayat-ayat Al Qur’an sebagai berikut:

Epstemologi dari sains islam dan sains barat hamper sama, kecuali sains islam menjadikan wahyu sebasai salah satu sumber informasi yang didukung oleh doa sehingga menghasilkan kesucian. Jadi dapat dibedakan sebagai berikut:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar