Pages

Rabu, 16 November 2011

REVOLUSI FISIKA


Penulis                                 : Gerry Van Klinken
Penerbit                              : Kepustakaan Populer Gramedia
Kota Terbit                          : Jakarta
Tahun Terbit                      : 2004
Tebal                                     : 186+XIV
Ilmu alam adalah proses, tak ada satupun ilmuwan yang berani mengatakan teorinya adalah mutlak benar. Sedang fisika sebagai pemimpin ilmu-ilmu alam lahir, tumbuh dan berkembang dari revolusi demi revolusi. Suatu teori yang sudah diyakini kebenarannya akan menghadapi perlawanan dan pemberontakan secara terus-menerus dari teori-teori baru yang menawarkan kebenaran walau kadang sulit diterima karena otak ilmuwan berbeda dengan otak orang kebanyakan. Selayaknya revolusi dan pemberontakan apapun pasti akan menghadapi perlawanan dari kaum konvensional yang ingin mempertahankan apa yang sudah ada atau dari orang yang sudah mendapat keuntungan dari teori lama dengan tak kalah kuat dari pemberontakan yang dilakukan. Siapa yang paling kuat mempertahankan pendapatnya tentang kebenaran dialah pemenang, dalam dunia Fisika, hukum rimba berlaku dikalangan ilmuwan.
Kadang kemenangan yang diperoleh tidak selamanya karena teori tersebut adalah benar dan objektif melainkan karena politik, kekuasaan bahkan yang mengatasnamakan agama. Kita semua tahu apa yang dilakukan gereja terhadap Galileo Galilei yang juga menimpa Ibnu Rusyd oleh kekhalifahan Abbasiyyah. Pertentangan Fisika tentang kebenaran hukum alam setua umur manusia itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan mengenai adaapa di atas langit ketika malam, apa itu cahaya, kenapa batu jatuh kebawah bahkan dari mana alam ini berasal mampu melahirkan Fisika. Fisika lahir dari rahim filsafat untuk berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dan ribuan pertanyaan lain yang muncul lebih banyak dari jawaban yang didapat karena satu jawaban akan menghasilkan seribu jawaban dibelakangnya, tetapi fisika mampu menemukan jati dirinya dan bercerai dengan filsafat dengan metode ilmiahnya.
Buku ini mengajak kita memahami revolusi demi revolusi dalam dunia fisika sejak masih menjadi bagian filsafat yaitu pada masa aristoteles sampai fisika kuantum. Dengan sepuluh bab dan satu epilog kita diajak memasuki labirin-labirin pergumulan dan perdebatan persoalan fisika dengan tak perlu menyeritkan dahi karena buku ini sangat minim rumus bahkan terkesan dihindari untuk menjelaskan hal-hal yang dirasa tidak perlu atau terlalu sulit karena diharapkan pembaca buku ini bukan saja dari kalangan pelajar atau mahasiswa yang mendalami fisika tetapi diharapkan pembaca awam dan dari kalangan apapun dapat menikmati perjalanan panjang fisika dan buku ini tidak melulu fisika dan fisika tetapi juga mencangkup filsafat, masyarakat, estetika dan agama.
Sejarah dunia yang masih mampu kita telusuri berawal dari perdebatan filosof yunani dilanjutkan mesopotamia, india dan cina kemudian islam dan berkembang amat pesat masa renaisance di eropa dan kini di seluruh dunia. Bangsa-bangsa yang besar adalah bangsa yang masyarakatnya mau berfikir menggunakan akalnya apapun nanti hasilnya. Begitupun fisika, ia hanya akan lahir, tumbuh dan berkembang untuk masyarakat yang tidak menganggurkan akal. Dengan mengetahui suasana dan proses penemuan ilmu yang trial and error maka diharapkan akan lahir ilmuwan-ilmuwan yang kreatif, itulah semangat dibalik buku ini. Tujuan buku ini tidaklah untuk dihafal data-datanya atau mengidolakan terhadap seorang ilmuwan.
Bumi ini dipahami sebagai pusat dari semua alam semesta (geosentris) bahkan pusatnya adalah manusia itu sendiri (antroposentris). Pendapat itu sudah diakui ribuan tahun bahkan dianggap sebagai kepercayaan oleh gereja. Bahkan Pada abad ke-9 islam dengan teori geosentrisnya menambahkan satu bola lagi diatas bintang-bintang atau diatas langit tingkat ketujuh yaitu Arasy atau Primum Mobile. Tanpa menyebut nama Allah, bola ini digambarkan sebagai Tangan (kekuasaan) Allah yang menggerakkan segalanya. Memang fisika dan segala cabangnya dahulu sangat terkait dengan agama atau kepercayaan sehingga kita tak perlu heran dengan adanya ilmu astrologi yang diakui oleh hampir semua bangsa dan agama.
Pada tahun 1543 terbit buku De Revolutionibus karya Copernicus yang merupakan tonggak awal revolusi demi revolusi dalam dunia fisika karena mampu mendobrak kemapanan berfikir masa itu bahkan ilmuwan-ilmuwan selanjutnya yang membawa estafet pemberontakan mengalami keadaan yang sangat memilukan seperti Galileo Galilei. Sejak saat itu alam yang dahulu penuh dengan keindahan dan mukjizat yang diterangkan filsafat dan agama menjadi semakin mekanis dan dapat dijelaskan dengan persamaan-persamaan yang sederhana. Pemberontakan itu membawa pengaruh bahwa kita dan bumi ini hanya debu kecil di tepian galaksi Bima Sakti (Milky Way) dan tak punya kelebihan yang mencolok, apalagi jika diliahat dari seluruh alam yang sampai saat ini belum diketahui tepinya maka galaksi ini hanya sekumpulan bintang yang sangat kecil. Hal inilah yang ditolak para filosof dan agamawan waktu itu bahkan sangat mungkin sampai sekarang. Alam yang mekanis dan matematis semakin kokoh di tangan Rene Descartes dengan fisafat mekanisnya dan puncaknya diduduki oleh sang raja fisika klasik Sir Isaac Newton yang merumuskan bahwa alam ini terdiri atas partikel, gerakan dan gaya. 
Tapi bukanlah fisika jika tak ada revolusi dan pemberontakan yang mengoreksi teori yang sudah mapan. Perdebatan demi perdebatan diceritakan sangat mencengangkan dalam buku ini. Bagaimana para ilmuwa mempercayai adanya eter untuk menjelaskan hakikat cahaya yang kemudian pertentangan dalam listrik dan magnet, dan tak ada seorang ilmuwanpun yang mampu memprediksikan ternyata listrik magnet mampu menjelaskan hakikat cahaya dan membuang teori eter. Pemberontakan terus dilakukan untuk menjelajahi kebenaran demi kebenaran alam sampai Einstein menggugat Newton yang mekanis. Dan sampai detik ini gugatan-gugatan seperti itu sangat ditunggu dari kalangan pemuda Indonesia, apakah pemuda Indonesia mampu?
Fisika membawa kita pada perjalanan dari yang serba gaib keranah mekanis dan sekarang menuju ke gerbang relativistik yang jauh lebih gaib. Tidak selamanya damai bahkan sejak zaman newton sudah dituntut sudut yang paling pas agar menghasilkan lemparan meriam terjauh. Hiroshima dan Nagasaki adalah contoh nyata betapa ilmu ini indah disatu sisi tetapi juga dapat sangat mematikan.
Kekurangan dari buku ini menurut kalangan fisika kurang jelas karena sangat sedikit persamaan matematik sadang dari kalangan non fisika dan matematika terlalu berputar-putar pada permasalahan yang sama. Akan tetapi buku ini sangat tepat untuk dibaca agar kita semakin tahu apa yang sudah dikerjakan oleh pendahulu-pendahulu kita sehingga kita mampu berterima kasih dan mampu menempatkan diri dimana kita sekarang berada dan bekerja keras agar mampu memberontak terhadap kemapanan agar kebenaran semakin dekat. Siap?












Erwin Arsadani Masruro
Pendidikan Fisika `08

Sujud Nisa di Kaki Tahajud Subuh


judul Buku                  :           Sujud Nisa di Kaki Tahajud Subuh
Pengarang                   :           Kartini Nainggolan
Editor                          :           Dalilah dan Elis Widayati
Penerbit                       :           DIVA Press ( Anggota IKAPI), Yogyakarta
Cetakan                       :           Pertama, oktober 2008
Tebal                           :           370 halaman
Makhluk-makhluk bergerak karena cinta, yaitu cinta oleh keabadian tanpa permulaan. Sebagaimana angin menari-nari digerakan kuasa semesta. Karena itu iapun bisa menggerakan pepohonan (Diwan-i Syams-i Tabris, Mullah Jalaluddin Rumi).
Sejalankah apa yang ditulis Rumi dengan rasio manusia dewasa ini, ketika kita memiliki pandangan bahwa yang menggerakkan kehidupan adalah perekonomia atau uang? Dengan uang produksi berjalan kemudian menyerap tenaga kerja sehingga daya beli masyarakat meningkat dan mendorong produksi, begitu seterusnya. Tetapi tampaknya Rumi tidaklah terlalu absurd dengan pandangannya di atas. Setidaknya hal ini sedang dibuktikan oleh Kartini Nainggolan melalui novelnya “Sujud Nisa di Kaki Tahajud Subuh”. Ketika uang bukanlah satu-satunya yang bisa disebut modal bagi manusia untuk seuatu yang sesuai fitrahnya yaitu akan bergerak dan terus bergerak atau dalam bahasa Al-Qur`an fantasyiru fi al-ard.
Cahaya cinta yang dibalut wangi kesabaran yang membaja mampu menerangi dengan seterang-terangnya titian tangga kerja keras, ikhtiar dan do`a. Dan tiada yang dihasilkan kecuali kehidupan yang manis direngkuh mesra oleh pelukan ridho Tuhan. Kartini Nainggolan berusaha mengajak kita untuk memasuki labirin dalam rongga kepala dan dada kita yang disitulah tempat kontemplasi kita detik demi detik dalam hidup, sehingga kita mau dan mampu merenung dan bermuhasabah terhadap semua nilai, ajaran dan kehidupan yang telah lama kita lupakan bahkan mungkin kita anggap usang. Kehidupan yang diajarkan oleh ibu-ibu kita, guru-guru ngaji kita, orang tua-orang tua yaitu pemecahan terhadap semua jenis masalah apapun namanya dengan dzikrullah, tetes air mata, do`a, munajat, kepasrahan total dan kesabaran yang terbingkai dalam suatu tarian sufistik yang bernama tahajud.
Kartini mencoba memasukan nilai-nilai tersebut baik secara eksplisit maupun implisit kepada kita melalui tokoh Nisa. Nisa dengan kehidupannya yang dikelilingi badai permasalahan, tebing kesulitan dan padang keputus asaan tetap bisa survive dengan keberanian luar biasa yang terpancar dari mata air tahajud dan terangkai dengan indah dengan cahaya subuh. Dengan masalah yang begitu kompleks dari ekonomi, keluarga, persahabatan, belajar dan karir sampai cinta yang tentu tak dapat dipisahkan dari adanya pengorbanan dan perjuangan yang begitu berat, baik itu dari materi maupun perasaaan bahkan keinginan yang begitu kuatpun harus ditanggalkan walau terasa berat dan teramat perih.
Model cerita novel ini sebenarnya masih mengandung tema sentral seperti novel-novel religi keluaran FLP lain seperti Ayat-Ayat Cintanya Habiburahman el-shirazy  ataupun Lelaki Kabut dan Boneka milik Helvi Tiana Rosa yaitu dakwah islam. Akan tetapi novel ini tetap mampu membawa desir angin yang berbeda. Dengan menggunakan  alur maju dan sudut pandang orang pertama menjelaskan bab demi bab kehidupan dari “aku” (Nisa).
Diawali dengan pilihan sulit dari tuntutan ayah dan ibu yang bertentangan yaitu antara kuliah dan bekerja. Tapi dengan rasa optimis yang dipompakan dari ayahnya, Nisa menguatkan dirinya untuk kuliah di Kota Gudeg Yogyakarta. Kota yang pada awalnya begitu ramah bagi Nisa dengan keberhasilannya memenangkan lomba penulisan novel ternyata mampu berputar balik menyeretnya memasuki suatu kehidupan yang oleh Kartini disebut “masa jahiliyah”. Ditengah-tengah kehidupan yang melalaikan Nisa itulah datang suatu hidayah yang begitu unik dan sangat berbeda dengan novel-novel lain sehingga mampu membawa Nisa hijrah ke jalan Ilahi. Kemudian separuh kedua dari cerita ini berisi kehidupan Nisa yang sarat akan penggambaran pribadi, watak, pemikiran dan kejiwaan Nisa yang dinaungi ridho Allah dalam perjuangan dakwahnya.
Jika Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dikatakan mampu memotivasi pembacanya yang dari segala generasi, maka sepertinya hal ini belum sepenuhnya di dapat oleh Sujud Nisa di Kaki Tahajud Subuh. Hal ini disebabkan, pertama, penggunaan bahasa yang masih dikatakan sederhana oleh penulis untuk menceritakan hal yang besar seperti waktu menceritakan Ais yang mengaku telah diperkosa. Kedua, pasar novel ini masih kurang membumi bahkan cenderung hanya untuk kalangan tertentu saja. Ketiga, adanya kesan yang kurang baik yang ditinggalkan kepada pembaca yaitu seputar penceritaan keluarnya Nisa dari MAPALA. Walau penulis sudah berulangkali menjelaskan argumennya tetapi agak kurang dimengerti maksud yang ingin disampaikan.
Diluar segala persoalan di atas, novel ini sesungguhnya memiliki potensi yang sangat bagus dalam membangun dunia sastra di tanah air. Jika penulis dapat menghindari hal-hal seperti di atas maka di harapkan mampu menghidangkan sajian yang mampu dimakan oleh semua lapisan masyarakat dan semua rasa dapat tersalurkan.
Akhirnya harus saya akui bahwa novel yang berangkat dari inspirasi yang kuat ini mampu menggugah, mencerahkan dan menyejukkan jiwa manusia ditengah keadaan yang gersang seperti sekarang ini. Oleh karena itu tunggu apalagi segera lengkapi perpustakaan anda. 




big bang

Semua gerak benda ditentukan oleh kondisi awal alam semesta ketika terjadi Big Bang. Selanjutnya hukum hukum alamlah yang bekerja.
Mulai dengan radiasi dominan dengan suhu sekitar 10 pangkat 40 derajat K, kemudian semseta mendingin karena pengembangannya, terjadi materi yang semuanya dalam keadaan bergerak, sehingga terjadi sistem matahari kita dengan kondisi dalam keadaan bergerak, secara keseluruhan sistem matahari dalam keadaan berputar seperti gerak planet yang sekarang beredar mengelilingi matahari yang geraknya terlalu dekat dengan matahari sudah tentu sudah tertelan oleh matahari. Demikian juga perputaran pada poros diakibatkan interaksi pada awal terjadinya sistem matahari.

materi referensi:


Tiga abad yang lalu tercatat suatu peristiwa penting dalam sejarah usaha manusia memahami kelakuan alam sekitarnya, khususnya dalam pengembangan ilmu fisika. Betapa tidak, di tahun 1687 terbit edisi pertama buku Principia karya Sir Isaac Newton (1642-1727), ilmuwan fisika-matematika kenamaan berkebangsaan Inggris. Dalam buku itu hukum gaya berat atau gravitasi diumumkan pengarangnya. Ia adalah hukum alam yang berperan sebagai kunci penyingkap tabir rahasia gejala berat, yang penuh teka-teki namun menarik dan menantang. Untuk mengenang tiga ratus tahun diumumkannya hukum ini, tulisan berikut mencoba memberi suatu tinjauan ulang ringkas mengenai latar belakang penemuannya, penerapannya (dalam astronomi) dan pula menunjuk akan keterbatasannya sebagai suatu teori fisika yang mendasar dan tuntas.

Andaikanlah, dalam tangan Anda tergenggam sebuah batu. Bila batu tersebut dilepaskan, Anda saksikan batu segera jatuh ke permukaan bumi. Sepintas lalu kejadian ini tidaklah aneh karena telah sering kita saksikan. Tetapi pernahkah timbul dalam pikiran Anda, mengapa batu tersebut selalu jatuh ke bawah menuju ke permukaan bumi dan tidak dalam arah sebaliknya atau tetap diam di tempatnya?

Pertanyaan di atas dan yang sejenisnya ternyata bukan pertanyaan sederhana karena telah melibatkan cukup banyak ilmuwan kenamaan abad 16 dan 17 dalam usaha untuk mendapatkan jawabannya. Bahkan tercatat bahwa Aristoteles, filsuf Yunani Kuno kenamaan di abad 4 sebelum Masehi terlibat pula dalam usaha pemahaman teka-teki alam ini. Dengan menerapkan cara pendekatan pemikiran rasional, yang dianut dewasa itu dalam usaha memahami kelakuan alam, Aristoteles tiba pada kesimpulan berikut. Bila dua benda yang beratnya tak sama, dilepaskan pada saat dan dari ketinggian yang sama, maka benda yang lebih berat akan terlebih dahulu menyentuh tanah.

Pendapat Aristoteles ini ternyata keliru. Namun karena kearistokratannya, pendapatnya ini dapat bertahan kurang lebih 20 abad untuk kemudian dikoreksi oleh Bapak Fisika Modern, Galileo Galilei (1564-1642), ilmuwan fisika berkebangsaan Italia. Meskipun Galileo berhasil mengoreksi pendapat Aristoteles ini, namun ia sendiri belum dapat memberikan jawaban kunci yang memuaskan terhadap pertanyaan kita di atas.

Newton menjawabnya

Ternyata baru menjelang berakhirnya abad ke-17 Sir Isaac Newton (1642-1727), seorang ilmuwan Inggris, berhasil menyingkap tabir teka-teki alam yang menarik perhatian itu. Mengenai penemuannya, ada sebuah lelucon menarik yang menceritakan, jawaban itu diperoleh ketika sebuah apel jatuh ke kepalanya sewaktu ia sedang merenungi masalah ini di bawah sebatang pohon apel di pekarangannya (apakah buah apel ini mengenai kepalanya, diragukan kebenarannya). Diceritakan, kejadian ini mengilhaminya untuk menemukan hukum yang kemudian terkenal dengan nama "Hukum Gaya Berat (Gravitasi) Newton (1687)".

Hukum ini menyatakan, dua benda yang terpisah oleh jarak tertentu cenderung tarik-menarik dengan gaya (atau kekuatan) alamiah yang sebanding dengan massa (atau ukuran kepadatan atau berat) masing-masing benda dan juga berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya.

Kembali ke pertanyaan kita di atas, terdapat dua benda yang saling mempengaruhi, yaitu Bumi dan batu kecil yang semula berada dalam tangan. Gaya atau kekuatan tarikan Bumi pada batu itu sebagaimana dinyatakan oleh hukum di atas disebut gaya berat atau gaya gravitasi atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan berat batu. Sebaliknya pun berlaku. Bumi ditarik oleh batu kecil itu dengan gaya atau kekuatan yang sama besar. Di sini jarak antara batu dan Bumi dihitung dari batu ke pusat Bumi yang berada sekitar 3.670 kilometer di bawah permukaan Bumi.

Nampaknya dengan bantuan Hukum Gaya Berat Newton ini, kita mulai sedikit memahami asal-usul penyebab jatuhnya batu kecil tersebut ke permukaan Bumi. Tetapi rasanya masih ada yang mengganjal apabila kita hendak menerapkan hukum ini secara langsung. Mengapa justru batu yang tertarik jatuh menuju ke permukaan Bumi dan bukan sebaliknya Bumi yang tertarik ke atas menuju batu kecil yang Anda lepaskan? Mengapa ini dijawab melalui Hukum Newton berikut dalam cabang ilmu fisika yang mengkhususkan pada permasalahan gerak dan penyebabnya, yaitu cabang mekanika.

Hukum Newton Kedua atau Hukum Gerak

Hukum ini dasarnya menyatakan hubungan antara gaya dan gerak yang menempatkan keduanya sebagai suatu hubungan sebab-akibat. Di sini gaya dikaitkan dengan kekuatan mendorong atau menarik yang berperan sebagai penyebab "perubahan gerak" sebuah benda. Atau lebih terinci lagi, gaya adalah penyebab perubahan besar kecepatan (laju) dan arah gerak (arah kecepatan) benda. Dan Hukum Newton kedua ini menyatakan, besarnya perubahan gerak benda yang secara pengukuran disebut percepatan berbanding terbalik dengan massa benda itu dan berbanding lurus dengan gaya penyebabnya. Besaran massa di atas, yang samar-samar pengertiannya, dapat disetarakan dengan berat benda (ingat Hukum Gaya Berat Newton) dan secara fisika merupakan ukuran keengganan benda untuk mengubah keadaan gerak semula. Jadi secara fisika hukum ini menyatakan, benda yang massanya lebih besar (atau lebih berat) enggan sekali mengubah keadaan geraknya semula sedangkan yang jauh lebih kecil massanya (jadi lebih ringan) memperlihatkan perilaku yang lebih luwes. Dengan demikian, benda yang massanya besar sekali, bila semula berada dalam keadaan diam, cenderung untuk tetap berada dalam keadaan diam.

Nah, pada masalah kita di atas, massa bumi jauh lebih besar daripada massa batu kecil itu. Dengan demikian terungkaplah sekarang secara jelas bagi kita apa penyebabnya tertariknya batu kecil itu (melalui Hukum Gaya Berat Newton) dan mengapa jatuhnya haruslah ke permukaan Bumi (melalui Hukum Gerak Newton).

Sistem Ptolemaeus dan Kopernik

Sebelum abad 15 para ilmuwan astronomi menganut pandangan yang menyatakan bahwa Bumi adalah pusat jagat raya dan semua benda langit bergerak mengelilinginya. Sistem jagat raya dalam pandangan ini disebut sistem Ptolemaeus untuk menghormati ilmuwan astronomi Mesir kuno kenamaan yang pertama kali secara tertulis mengumumkan pandangan di atas dalam abad ke-2 sebelum Masehi. Pandangan Ptolemaeus ini memang sesuai dengan apa yang kita amati, dan memang tidak ada yang salah dalam pandangan ini. Akan tetapi bila sistem Ptolemaeus digambarkan di atas kertas, maka gerak benda langit menjadi sulit dan rumit untuk ditelusuri.

Barulah menjelang pertengahan abad 16 seorang ilmuwan astronomi berkebangsaan Polandia, Nicolaus Kopernik (1473-1543) mengemukakan, gerak benda langit akan menjadi lebih sederhana apabila Matahari yang dipandang sebagai pusat jagat raya. Secara tegas ia mengatakan, bukan Matahari yang bergerak mengelilingi Bumi seperti dalam pandangan Ptolemaeus yang dianut selama itu, tetapi justru sebaliknya, Bumilah bersama benda langit lainnya yang bergerak mengelilingi Matahari.

Karena dalam sistem Kopernik gerak benda langit tampak menjadi lebih sederhana dan pula memudahkan pengelompokan keluarga benda langit secara bersistem, maka sejak diumumkannya pandangan ini para ilmuwan astronomi segera beralih ke pandangan Kopernik. Dalam pandangan Kopernik ini para ilmuwan kemudian mengemukakan apa yang dikenal dengan Sistem Tata Surya, yaitu kelompok atau keluarga benda langit yang bergerak mengelilingi Matahari.

Orbit planet

Khusus mengenai peredaran Bumi kita beserta sejumlah planet lain mengelilingi Sang Surya. Tycho Brahe (1546-1601), seorang ilmuwan astronomi kenamaan berkebangsaan Denmark, secara tekun berhasil mengumpulkan data pengamatan yang cukup lengkap mengenai perubahan kedudukan planet pada saat-saat tertentu terhadap Matahari. Data ini kemudian dipelajari oleh salah seorang muridnya yang terkenal, Johanes Kepler (1571-1630). Berkat ketekunannya selama dua puluh tahun, akhirnya Kepler memperoleh kesimpulan menarik berikut: orbit atau garis edar planet ternyata bentuknya tidaklah sembarang tetapi berupa suatu jorong atau elips dengan Sang Surya berada pada salah satu titik apinya. Kesimpulannya ini dikenal sebagai Hukum Orbit.

Orbit planet yang berbentuk elips dapat kita gambarkan seperti pada gambar 1 yang memperlihatkan Matahari berada pada salah satu titik apinya, M. Disamping itu Kepler menemukan pula hukum periode.

Kepler juga menemukan hukum lain yang mengukur perubahan besar kecepatan planet selama geraknya mengelilingi Matahari, yang dikenal sebagai hukumnya yang ketiga. Ketiga Hukum Kepler di atas mengungkapkan suatu kenyataan alam yang sungguh menarik yang sama sekali tidak diduga sebelumnya. Tetapi mengapa gerak planet mengitari Sang Surya ini harus tunduk kepada Ketiga Hukum Kepler?

Kembali Newton menjawab

Ketiga Hukum Kepler di atas diumumkan antara tahun 1609 dan 1619, jadi jauh sebelum Isaac Newton dilahirkan secara prematur pada tanggal 25 Desember 1642. Pertanyaan di atas ternyata baru terjawab oleh Teori Gaya Berat Newton yang mengungkapkan adanya gaya tarik Matahari pada planet yang massanya jauh lebih kecil dibandingkan dengan massa Matahari, dan oleh hukum geraknya yang menerangkan bagaimana perubahan gerak planet akibat pengaruh gaya berat ini.

Jadi gaya berat inilah yang berperan mengubah keadaan gerak planet dari keadaan geraknya yang semula cenderung diam atau bergerak dengan kecepatan tetap sepanjang garis lurus. Hukum gerak selanjutnya menerangkan, planet pada saat semula tidak boleh dalam keadaan diam karena bila demikian, planet yang bersangkutan akan tertarik dan jatuh ke permukaan Matahari. Jadi ia tentulah bergerak dengan kecepatan awal tertentu terhadap Matahari dan tentulah menyimpang dari arah yang menuju kedudukan Matahari. Maka dalam keadaan gerak yang demikian, lintasan atau garis edarnya dapat berupa salah satu dari keempat irisan kerucut berikut yakni lingkaran, elips, hiperbola atau parabola.

Bahwa planet ternyata bergerak dalam orbit elips dan tidak dalam bentuk irisan kerucut lainnya,

Dipilih oleh Suara Terbanyak


Pengaruh akibat Rotasi Bumi
1. Pergantian Siang dan malam
2. Perbedaan waktu
3. Perbedaan percepatan gravitasi bumi
4. pembelokan arah angin
5. pembelokan arus laut
6. peredaran semu harian benda-benda langit
Pengaruh akibat Revolusi Bumi
1. Pergantian musim
2. perbedaan lamanya siang dan malam
3. Gerak semu matahari
4. Terlihatnya rasi bintang yang berbeda dari bulan ke bulan
5. Pergantian tahun masehi














PESAN MORAL TAUHID DALAM NOVEL SANG PEMIMPI ( Buku Kedua Tetralogi Laskar Pelangi )


KATA PENGANTAR

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itulah yang merubahnya sendiri" (Q.S Ar ro`du: 11)
"Sesungguhnya Aku (Allah) sesuai menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku" (Hadits Qudsi)
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah al-Malikul Mulk. Salawat salam semoga tercurah atas Nabi Muhamad al-amin dan segenap keluarganya dan sahabatnya.
Persoalan takdir menjadi begitu kompleks jika dikaitkan dengan sifat manusia yang cenderung bebas dan merdeka. Tapi kemerdekaan seperti apakah yang seharusnya dipahami, sehingga kita tidak terperangkap terhadap suatu pemahaman yang bertentangan baik dengan nash-nash agama maupun akal. Karena tidak mungkin agama bertentangan dengan akal.
"Agama adalah milik orang yang berakal" (Hadits)
Oleh karena itu dalam pembuatan makalah ini kami mengangkat sebuah tema tentang takdir itu sendiri, yaitu dengan judul PESAN MORAL TAUHID DALAM NOVEL SANG PEMIMPI BUKU KEDUA TETRALOGI LASKAR PELANGI. Dengan segenap permohonan dari Allah al-Muqtadir al-Jabbar agar ditunjukan kedalam perkara yang haq dan diberi kekuatan untuk mengikutinya serta ditunjukan pula perkara yang bathil dan diberi kekuatan untuk menjauhinya sejauh mungkin.
Koreksi dan masukan selalu kami tunggu. Akhirnya seperti kata Arai
        "Jangan takut,Tonto….," ia menguatkan aku dengan gaya Lone Ranger.
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Masalah tentang takdir tak ada habisnya diperbincangkan dan diperdebatkan manusia karena berhubungan sangat erat terhadap kehidupannya bahkan sampai masalah yang sangat kecil seperti menarik nafas, siapakah yang mengerjakannya, Tuhan atau manusia? Ada tiga pendapat mengenai hal itu yaitu Qadariyyah (freewill) yang berpendapat manusialah yang mengerjakannya, Jabbariyyah (determinant) adalah lawannya, bahwa Tuhanlah yang mutlak melakukannya dan manusia hanya seperti wayang dan Tuhanlah dalangnya. Masing-masing berpendapat bahwa pendapatnyalah yang paling benar dengan membawa dalil-dalil naql maupun aql. Golongan Qadariyyah dan Jabbariyah lebih tepat kalau dikatakan sebagai suatu penyelewengan pikiran dan cara berpikir, karena keserasian pemikiran di antara bagian-bagian paham dan ajaran-ajaranya tidak terdapat, sehingga kedua aliran tersebut tidak pernah hidup sebagai aliran yang mempunyai pengikut-pengikut yang setia kepada pokok-pokok ajaranya. Oleh karena itu kedua aliran tersebut tidak dapat tahan hidup seperti aliran-aliran Teologi Islam yang lain, bahkan sebenarnya uamunya tidak lebih daripada umur Jahm bin Safwan atau Ma`bah dan Ghailan itu sendiri.[1]
Dan aliran yang ketiga adalah aliran yang berdiri diantara keduanya (tawasut). Mengakui bahwa Tuhanlah yang menciptakan dan manusia yang berbuat. Aliran inipun didukung oleh sebagian besar umat Islam dan merupakan satu-satunya yang mampu memberi jawaban yang memuaskan. Aliran ini didirikan oleh As`ari dan Mathuridi yang disebut Ahlsunnah wal Jama`ah. Para kaum sufi pun sebagian besar mengikuti aliran ini dan berpendapat bahwa dengan memahami manusia sebagai wakil al-Muqtadir (salah satu Asmaul Husna) maka kelirulah anggapan orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya manusia mutlak tidak memiliki hak untuk memilih apapun bagi hidupnya. Semua tergantung pada ketentuan Allah. Itu pandangan Jabbariyah yang mengingkari keberadaan manusia sebagai wakil Allah di muka bumi (khalifah fil ardi). Sebaliknya, keliru pula anggapan orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya pilihan mutlak ada pada tangan manusia. Allah tidak ikut serta menentukan pilihan manusia. Itu pandangan Qadariyyah yang mengingkari kekuasaan al-Muqtadir dalam menentukan kehidupan wakil-Nya.[2]
Ketiga ajaran tersebut akan sangat sulit dipahami karena hanya berupa teori, dan salah satu cara untuk memahaminya adalah dengan membumikannya dalam kehidupan, dan cara yang paling mudah dilihat adalah melalui teks-teks sastra, karena sastra adalah gambaran utuh manusia dan kebudayaanya. Dipilih novel Sang Pemimpi karena:
1.    Menggunakan bahasa Indonesia yang baku sehingga lebih mudah dipahami isinya.
2.    Tidak terlalu tebal, hanya 272 halaman sehingga makna dan alur cerita dapat diringkas dengan mudah.
3.    Termasuk dalam tetralogi Laskar Pelangi, novel yang best seller di Indonesia dan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, sehingga diharapkan lebih menarik.
4.    Termasuk jenis karya sasta yang ditulis berdasarkan kenyataan sehingga walaupun non fiksi tetap dapat memberi batasan pada khayalan penulis.

B.     Tujuan Penulisan
  1. Untuk memahami konsep takdir dalam tauhid Islam.
  2. Untuk mengetahui aplikasi konsep takdir dalam kehidupan.

















BAB II
PESAN MORAL TAUHID DALAM NOVEL SANG PEMIMPI

A.    Andrea Hirata dan Novel Sang Pemimpi
Andrea Hirata Seman Said Harun (lahir 24 Oktober) adalah seorang penulis Indonesia yang berasal dari pulau Belitong, propinsi Bangka Belitung. Novel pertamanya adalah novel Laskar Pelangi yang merupakan buku pertama dari tetralogi novelnya, yaitu :
1.    Laskar Pelangi
2.    Sang Pemimpi
3.    Edensor
4.    Maryamah Karpov
Laskar Pelangi termasuk novel yang ada di jajaran best seller untuk tahun 2006 dan 2007. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains-fisika, kimia, biologi, astronomi dan tentu saja sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang backpaker dan akademisi. Mimpinya yang lain adalah untuk tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia, di Himalaya. Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia, mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cumlaude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah. Saat ini Andrea tinggal di Bandung dan bekerja di kantor pusat PT.TELKOM.
Dalam Sang Pemimpi, Andrea bercerita tentang kehidupan ketika masa-masa SMA. Tiga tokoh utamanya adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Ikal, alter egonya Andrea Hirata. Arai, saudara jauh yang yatim piatu dan akhirnya menjadi saudara angkat dan Jimbron, seorang yatim piatu yang terobsesi dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup. Ketiganya larut dalam kisah persahabatan yang terjalin dari kecil sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Bukan Main, SMA pertama yang berdiri di Belitung bagian timur. Bersekolah di pagi hari dan bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan pada dini hari. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya cita-cita besar, sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka hanyalah sebuah mimpi kosong belaka.
Adapun tokoh-tpkoh dalam novel ini adalah:
  1. Ikal,adalah pemeran pertama yang dilihat dari sudut pandang oarang pertama sehingga kata "aku" dalam novel ini kembali pada tokoh ini.
  2. Arai, adalah tokoh sentral dalam buku ini. Menjadi saudara angkat Ikal ketika kelas 3 SD saat ayahnya (satu-satunya anggota keluarga yang tersisa) meninggal dunia. Seseorang yang mampu melihat keindahan di balik sesuatu, sangat optimis dan selalu melihat suatu peristiwa dari kaca mata yang positif. Arai adalah sosok yang begitu spontan dan jenaka, seolah tak ada sesuatupun di dunia ini yang akan membuatnya sedih dan patah semangat.
  3. Jimbron,anak yatim piatu yang diasuh oleh seorang pastur Katolik bernama Geovanny. Laki-laki berwajah bayi dan bertubuh subur ini sangat polos. Segala hal tentang kuda adalah obsesinya, dan gagapnya berhubungan dengan sebuah peristiwa tragis yang memilukan yang dia alami ketika masih SD. Jimbron adalah penyeimbang di antara Arai dan Ikal, kepolosan dan ketulusannya adalah sumber simpati dan kasih sayang dalam diri keduanya untuk menjaga dan melindunginya.
Tokoh-tokoh lain sebagai peran figuran:
  1. Pendeta Geovanny, ia adalah seorang Katolik yang mengasuh Jimbron selepas kepergian kedua orangtua Jimbron. Meskipun berbeda agama dengan Jimbron, beliau tidak memaksakan Jimbron untuk turut menjadi umat Katolik. Bahkan beliau tidak pernah terlambat mengantar Jimbron pergi ke masjid untuk mengaji.
  2. Pak Mustar adalah salah satu pendiri SMA Bukan Main. Ia adalah wakil kepala sekolah SMA Bukan Main, seorang yang baik dan cukup sabar namun berubah menjadi tangan besi ketika anaknya sendiri justru tidak diterima masuk ke SMA tersebut karena NEMnya kurang 0,25 dari batas minimal. Terkenal dengan aturan-aturannya yang disiplin dan hukuman yang sangat berat. Namun sebenarnya beliau adalah pribadi yang sangat baik dan patut dicontoh.
  3. Pak Ichsan Balia, Kepala Sekolah SMA Negeri Bukan Main. Laki-laki muda, tampan, lulusan IKIP Bandung yang masih memegang teguh idealisme.
  4. Nurmala; "Zakiah Nurmala binti Berahim Mantarum",gadis pujaan Arai sejak pertama kali Arai melihatnya. Nurmala adalah gadis yang cantik, kembang di kelasnya, pandai, selalu menyandang ranking 1. Ia juga penggemar Ray Charles dengan lagunya "I Can't Stop Loving You" dan Nat King Cole dengan lagunya "When I Fall in Love".
  5. Laksmi; gadis pujaan Jimbron. Telah kehilangan kedua orangtuanya dan tinggal serta bekerja di sebuah pabrik cincau. Semenjak kepergian orangtuanya, ia tidak pernah lagi tersenyum, walaupun senyumnya amat manis. Ia baru dapat tersenyum ketika Jimbron datang mengendarai sebuah kuda.
  6. Capo Lam Nyet Pho, seorang yang memungkinkan berbagai hal sebagai objek untuk bisnisnya. Bahkan ketika PN Timah terancam kolaps, ia melakukan ide untuk membuka peternakan kuda meskipun kuda adalah hewan yang asing bagi komunitas Melayu.
  7. Taikong Hamim, guru mengaji di masjid di kampung Gantung. Dikenal sebagai sosok nonkonfromis dan sering memberlakukan hukuman fisik kepada anak-anak yang melakukan kesalahan.
  8. Bang Zaitun, seniman musik pemimpin sebuah kelompaok Orkes Melayu. Dikenal sebagai orang yang pernah mempunyai banyak pacar dan hampir memiliki 5 istri. Sebenarnya kunci keberhasilannya dalam percintaan adalah sebuah gitar. Ia pun mengajarkan hal tersebut pada Arai yang sedang mabuk cinta dengan Nurmala.
  9. A Kiun, gadis hokian penjaga loket bioskop.
  10. Nurmi berbakat memainkan biola, mewarisi biola dan bakat dari kakeknya yang ketua kelompok gambus di Gantung. Nurmi adalah tetangga Arai dan Ikal, seumuran, dan dia adalah gadis yang sangat mencintai biola.
  11. Pak Cik Basman, seorang tukang sobek karcis di sebuah bioskop di Belitong.
  12. A Siong, pemilik toko kelontong tempat Ikal dan Arai berselisih tentang penggunaaan uang tabungan.
  13. Deborah Wong, istri A Siong dan ibu dari Mei-Mei. Perempuan asal Hongkong yang tambun dan berkulit putih.
  14. Mei Mei, gadis kecil anak Deborah Wong.
  15. Seman Said Harun, ayah Ikal, yang sangat pendiam, bekerja sebagai pendulang timah dan akan memakai baju safari empat saku jika akan mengambil rapotnya Ikal dan Arai.
  16. A Ling, walau hanya sekali disebut dalam novel ini ia adalah wanita hokian yang sangat dicintai Ikal, anak pemilik Toko Sinar Harapan dan meninggalkan Ikal untuk merantau ketika Ikal kelas tiga SMP.
  17. Mualim kapal BINTANG LAUT SELATAN, tidak ditulis siapa nama aslinya, ia mantan preman yang tobat, ia pula yang memberi tumpangan Ikal dan Arai  ke pulau Jawa dan menunjukkan agar menuju kota Ciputat.
  18. Profesor, juga tak ditulis namanya, tapi di novel Edensor ia adalah mantan menteri. Ia adalah orang yang mewawancarai Ikal mendapatkan beasiswa Uni Eropa, ia begitu antusias dengan seluruh hipotesis Ikal.
  19. ffdgggsSang Pemimpi adalah sebuah kisah kehidupan yang mempesona yang akan membuat pembacanya pesrcaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, lebih dari itu, juga percaya kepada Tuhan. Melaui novel ini andrea hiarata ingin berkata bahwa apapun keadaan kita, kita pasti mampu mengubahnya karena kita punya tuhan. Jauh di pedala man pulau Belitong, tiga orang anak di sebuah kampung Melayu bermimpi untuk melanjutkan sekolah mereka hingga ke Perancis, menjelahi Eropa, bahkan sampai ke Afrika.! Ikal, Arai, dan Jimbron, merekalah si pemimpi itu, walau bagai punguk merindukan bulan, mereka tak peduli, mereka memiliki tekad baja untuk mewujudkan mimpi mereka, hidup di daerah terpencil, kepahitan hidup, kemiskinan, bukanlah pantangan bagi mereka untuk bermimpi. Mereka tak menyerah pada nasib dan keadaan mereka, bagi mereka mimpi adalah energi bagi kehidupan mereka masa kini untuk melangkah menuju masa depan yang mereka cita-citakan Ini adalah pandangan yang terbaik dari pemahaman tentang konsep takdir. Andrea mampu bersikap moderat(tawasut) dalam menlis ide-idenya. Ia tidak terjebak pada pemahaman jabbariyah(determinant) maupun qadariyyah(freewill). Andrea tidak menghilangkan peran tuhan ketika ia menulis "kita lakukan yang terbaik disini!! Dan kita akan berkelana menjelajahi Eropa sampai Afrika!! Kita akan sekolah ke Prancis!! Apapun yang terjadi!"[3](154) Karena iapun menulis "mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi disini Kal,di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita!!"(153)Perkataan"mendahului nasib kita" mengindikasikan bahwa arai percaya bahwa tuhanlah yang berkehendak, tetapi perkataan"apapun yang terjadi" menjadi jawaban bahwa ialah juga yang menentukan.
  20. Jika dilihat dari ajaran as`ari hal ini sesuai dengan pengertian kasb, yang memiliki makna kebersamaan kekuasaan manusia dengan perbuatan tuhan. Kasb juga memiliki makna keaktifan dan bahwa manusia bertanggungjawab atas perbuatanya.[4]
karena manusia diberi kebebasan untuk memilih dalam berbuat, maka-menurut Maturidiyah-perbuatan itu tetap diciptakan oleh tuhan. Sehingga perbuatan manusia sebagai perbuatan bersama antara manusia dan Tuhan. Allah yang mencipta dan manusia meng-kasab-nya. Dengan begitu manusia yang dikehendaki adalah manusia yang selalu kreatif, tatapi kreativitas itu tidak menjadikan makhluk sombong karena merasa mampu menciptakan dan mewujudkan. Tetapi manusia yang kreatifdan pandai bersukur. Karena kemampuanya melakukan sesuatu tetap dalam ciptaan Allah (ibid).
Dan dengan pemahaman yang serupa menjadikan para tokoh yaitu Ikal, Arai dan Jimbron memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi, mereka bahu membahu mewujudkan mimpi mereka, saat itu PN Timah Belitong sedang dalam keadaan terancam kolaps, gelombang PHK besar-besaran membuat banyak anak-anak tidak bisa meneruskan sekolah mereka karena orang tuanya tak sanggup membiayai. Mereka yang masih ingin bersekolah harus bekerja. Demikian juga dengan ketiga pemimpi, begitu tamat SMP mereka ingin tetap melanjutkan sekolah mereka, karena di kampung mereka tak ada SMA, mereka harus merantau ke Magai, 30 kilometer jaraknya dari kampung mereka. Untuk itu mereka tinggal bersama-sama dalam sebuah los kontrakan, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya mereka bekerja mulai dari penyelam di padang golf, office boy di sebuah kantor pemerintah hingga akhirnya bekerja sebagai kuli ngambat, yang bertugas menunggu perahu nelayan tambat dan memikul tangkapan para nelayan itu ke pasar ikan. Menurut hirarki pekerjaan di Magai, kuli tambat adalah pekerjaan yang paling kasar yang hanya akan digeluti oleh mereka yang tekad ingin sekolahnya sekeras tembaga atau mereka yang benar-benar putus asa karena tidak memiliki pekerjaan lain. Hal ini membuktikan bahwa ketiga pemimpi ini memiliki hati yang sekeras tembaga untuk bisa bersekolah untuk mewujudkan mimpi mereka.

          Begitupun Andrea tetap menuliskan tentang kelemahan-kelemahan paham   Jimbron tentang   fatalis(jabbariyyah) dalam paragraf yang cukup panjang yaitu
Pertama ia menjelaskan dengan gaya bahasanya
Jika kita ditimpa buah nangka, itu artinya memang nasib kita harus ditimpa buah nangka. Tak dapat, sedikitpun, dielakan. Dulu, jauh sebelum kita lahir, tuhan telah mencatat dalam buku-Nya bahwa kita memang akan ditimpa buah nangka matang sebab tangkainya sudah rapuh adalah perkala lain. Tak apa-apa kita duduk santai di bawah buah nangka semacam itu karena toh tuhan telah mencatat dalam buku-Nya apakah kita akan ditimpa buah nangka atau tidak.[5]
Memang Jahm bin Safwan (tokoh jabbariyah) mengatakan bahwa perbuatan-perbuatan manusia bukan dia yang mengerjakan tetapi Allah sendiri.[6] Dan ketidak setujuan andrea dapat dilihat dengan tulisan selanjutnya
Nah, kawan, dengan mentalis seperti itulah Jimbron memersepsikan dirinya. Barangkali ada benarnya di satu sisi, tapi tak dapat dimungkiri pandangan itu mengandung kenaifan yang mahabesar. Bagaimana mungkin seorang manusia memiliki akal seperti itu? Besar dugaanku karena kemampuan mengantisipasi suatu akibat memang memerlukan kapasitas daya pikir tertentu. Diperlukan intelegensia yang tinggi untuk memahami bahwa buah nangka matang yang menggelembung sebesar tong, dengan tangkainya yang rapuh, dapat sewaktu-waktu jatuh berdebam hanya karena dihinggapi kupu-kupu.[7]
  Tetapi ia menampik pendapat yang mengatakan bahwa jika orang yang memiliki mentalitas seperti Jimbrom atau jabbariyah adalah orang-orang yang pemalas. Kita dapat mengetahui pendapat andrea tentang hal ini pada bab yang berjudu Aku Hanya Ingin Membuatnya Tersenyum dan Pangeran Mustika Raja Brana yaitu keinginannya membuat Laksmi tersenyum, ia yang memiliki mental seperti itu memiliki kekuatan  seperti yang diceritakan andrea
Setiap minggu pagi Jimbron menghambur ke pabrik cincau. Dengan senang hati, ia menjadi relawan pembantu Laksmi. Tanpa diminta ia mencuci kaleng-kaleng mentega palmboom wadah cincau itu jika isinya telah kosong dan ikjt menjemur daun-daun cincau. Seperti biasa, Laksmi diam saja, dingin tanpa ekspresi. Di antara kaleng-kaleng Palmboom mereka berdua tampak lucu. Jimbron yang gemuk gempal, sumringah, dan repot sekali, hanya setinggi bahu laksmi yang kurus jangkung, berwajah lembut, dan tak peduli. Jimbron ingin sekali, bagaimanapun caranya, meringankan beban Laksmi meskipun hanya sekadar mencuci baskom[8]. Dengan tujuan
"aku hanya ingin membuatnya tersenyum…,"katanya berat[9]
dan berkat usahanya (Jimbron,orang yang berpaham fatalisme) apa yang menjadi impian pun tecapai laksmi terkesima lalu  samar-samar ia tersenyum. Ia memandangi Jimbron dan semakin lama senyumnya semakin lebar[10] seakan-akan andrea ingin mengatakan bahwa malas tuidaknya seseorang bukan disebabkan dari pahan jabbariyah melainkan dari ketakmauan orang tersebut berusaha. Hal yang menarik dari novel ini adalah andrea menyuguhkan sesuatu yang berbeda. Ia mampu memandang sesuatu dari sudut yang jarang atau bahkan tak pernah terpikirkan orang lain. Jika para ahli mengatakan bahwa dengan paham mu`taazilah yang cenderung qaddariyah orang akan akan memiliki semangat untuk bekerja. Atapi nseperti Jabariyah yang dilihat terbalik, qasdariyahpun memiliki nasib yang sama ditangan andrea, yaitu sikap pesimis. Aku dipaksa belajar bertanggungjawab pada diriku sendiri. Satu lapisan tipis seolah tersingkap di mataku membuka tabir filosofis yang pasti menjadi oarng dewasa yaitu: hidup menjadi semakin tak mudah. Aku sendiri, Jimbron, dan Arai yang kusaksikan membersihkan meja di restoran, menjadi kernet, dan pedagang kweni tak lain adalah manifestasi dari sikapku yang telah bisa realistis; karena usiaku telah meginjak delapan belas. Kini aku sadar setelah menamatkan SMA nasibku akan sama dengan  nasib kedua sahabatku waktu SMP: Lintang dan Mahar.[11]
Dari perkataan Andrea di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa ia yang sudah bisa berfikir realistis, bahkan dalam persoalan nasib dan takdir ia realistiskan karena bergerak, kaya, bahagia yang menciptakan adalah dia sendiri, tuhan tak ikut campur. Perbuatan-perbuatan bebas, dimana manusia bisa melakukan pilihab antara mengerjakan dan tidak mengerjakan. Perbuatan semacam ini lebih pantas dikatakan diciptakan(khalq) manusia daripada dikatakan diciptakan Tuhan, karena adanya alasan-alasan akal fikiran dan syara’.[12] Pemahaman Qadariyah yang dianut Mu`tazilah tersebut memang akan menumbuhkan sebuah kekuatan dan semangat pada manusia untuk berbuat sebaik mungkin, tapi perlu disadari bahwa manusia akan menangkap pesan moral ini jika manusia dalam keadaan mampu dan bebas merdeka untuk berbuat. Berbeda  dengan manusia yang keadaannya sama seperti si Ikal yang miskin, para budak, tawanan perang dan orang-orang yang kemerdekaannya direnggut oleh manusia lain maka pemahaman seperti ini justru akan jauh lebih membahayakan. Keputusasaan akan terdengar begitu menyakitkan karena yang menciptakan perbuatan adalah dirinya sendiri, yang menentukan nasib adalah dia sendiri sedang Tuhan tak dapat berbuat apapun karena tak berhak menciptakan. Hal inipun digambarkan oleh Andrea "Meskipun kaupenuhi celengan sebesar kuda sungguhan, sahabatku Jimbron, tak `kan pernah uang-uang receh itu mampu membiayaimu sekolah ke Prancis…, demikianlah kata hatiku.[13] Dan dilanjutkan dengan kata-katanya yang sangat jelas bahwa ia sangat tidak setuju dengan pandangan itu. Dan dengarlah itu, Kawan. Siratan kalimat sinis dari orang yang pesimis. Ia adalah hantu yang beracun. Sikap itu mengekstrapolasi sebuah kuva yang turun ke bawah dan akan terus turun ke bawah dan telah membuatku menjadai pribadi yang gelap dan picik. Seyogyanya sikap buruk yang berbuah keburukan: pesimistis menimbulkan sinis, lalu iri, lalu dengki, lalu mungkin fitnah. Dan dengarlah ini, kawan, akibat nyata sikap buruk itu. "Tujuh puluh lima!! Sekali lagi 75!! Itulah nomor kursi ayahmu sekarang…"[14] pemahaman yang ingin disampaikan andrea tentang nasib yang ditulis Tuhan dan mimpi manusia adalah seperti perkataan Ikal kemudian setelah menyadari kekeliruannya. Karena kami adalah para pemimpi. Seandainya tidak dipakai untuk sekolahpun, tabungan itu, yang dikumpulkan selama tiga tahun dari bekerja sejak pukul dua pagi setiap hari memikul ikan, tak `kan cukup untuk membuat kami hidup lebih dari setahun. Dan dari tempat kami berdiri, di Pulau Belitong yang terpencil dan hanya berdiameter seratus lima puluh kilometer ini, cita-cita kami sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika adalah potongan-potongan mozaik yang tak dapat dihubungkan dengan logika apa pun, bahkan dengan pikiran yang paling gila sekalipun. Namun, sekarang aku memiliki filosofi baru bahwa berbuat yang terbaik pada titik dimana aku berdiri, itulah sesungguhnya sikap yang realistis. Maka sekarang aku adalah orang yang paling optimis.[15] Mimpi-mimpi yang diperjuangkan Ikal dan Arai adalah bentuk usaha manusia untuk meng-kasab. Sedangkan mereka berdua dapat sekolah ke Prancis atau tidak adalah urusan Tuhan. Hal ini sangat jelas ditulis Andrea dalam menutup novelnya. Aku mengambil surat kelulusan Arai dan membaca kalimat demi kalimat dalam surat keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang. Hari ini seluruh ilmu manusia menjadi setitik air di atas samudra pengetahuan Allah. Hari ini Nabi Musa membelah Laut Merah dengan tongkatnya, dan miliaran bintang-gemintang yang berputar dengan eksentrik yang bersilangan, membentuk lingkaran episiklus yang mengelilingi miliaran siklus yamg lebih besar, berlapis-lapis tak terhingga diluar jangkauan akal manusia. Semuanya tertata rapi dalam protokol jagat raya yang diatur tangan Allah. Sedikit saja satu dari miliaran episilikus itu keluar dari orbitnya, maka dalam hitungan detik semesta alam akan meledak menjadi remah-remah. Hanya itu kalimat yang dapat menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan telah mengatur potongan-potongan mozaik hiduopku dan Arai, demikian indahnya Tuhan bertahun-tahun telah memeluk mimipi-mimpi kami, telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati kami, karena di kertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya, sama dengan universitas yang menerimaku, di sana dengan jelas tertulis: Universite` de Paris Sorbonne,Prancis.[16]





BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. konsep takdir dalam teologi islam dikenal ada tiga golongan
a. Qadiriyah
Berpaham bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh manusia bukan oleh Tuhan. Sehingga manusialah yang menentukan dan bertanggungjawab atas semua perbuatannya. Paham ini di anut oleh golongan Mu`tazilah.
b. Jabbariyah
Berpaham bahwa perbuatan manusia diciptakan mutlak oleh tuhan dan manusia tidak berhak untuk menentukan perbuatannya tetapi manusia bertanggungjawab atas perbuatannya tersebut. Paham ini dianut oleh golongan Jahmiyyah dan khawarij.
c. Asy`ariyah dan Mathuridiyah
    Berpaham adanya konsep kasb yaitu perpaduan peran Tuhan dan manusia. Tuhanlah yang menciptakan dan manusia yang mengerjakan (meng-kasab). Paham ini dianut oleh golongan Ahlussunnah wal Jama`ah (sunni) dan sebagian syi`ah.
  1. Dalam memahami konsep takdir manusia ditentukan oleh kemampuannya dalam berfikir (intelegensi), pendidikan, latar belakang dan lingkungan

DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Ahmad.2003. Pengantar Teologi Islam. Jakarta: PT. Pustaka Al Husna.
------------------------. Theology Islam (Ilmu Kalam). Jakarta: Bulan Bintang.
Hirata, Andrea.2008. Sang Pemimpi. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.
Sunyoto, Agus.2004. Sang Pembaharu Perjuangan dan Ajaran Syaikh Siti Jenar.                   Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.
Tim PWNU. 2007. Aswaja An-Nahdliyah. Surabaya: Khalista.
                     


http://mycoret.blogspot.com/


[1]             
[2]                 Agus Sunyoto, Sang Pembaharu Perjuangan dan Ajaran Syaikh Siti Jenar, Yogyakarta: Lkis,2004,106
[3]               Andrea Hirata, Sang Pemimpi,Yogyakarta: Bentang, 2008,154
[4]               Tim PWNU, Aswaja An Nahdliyah, Surabaya: Khalista,2007,13
[5]               Andrea Hirata,Sang Pemimpi,Yogyakarta:Bentang,2008,127
[6]               A. Hanafi, M.A,Theology Islam(ilmu kalam),Jakarta:Bulan Bintang,2003,154
[7]               Lock Cit,128
[8]               ibid,79
[9]               ibid,81
[10]             ibid,182
[11]             ibid,143
[12]             Op Cit,156
[13]             Op Cit,147
[14]             ibid
[15]             ibid,208