Pages

Senin, 07 November 2011

AL QUR`AN DAN SAINS ANTARA KESERASIAN, PERTENTANGAN DAN MUKJIZAT

Erwin Arsadani Masruro Hp:085726353488, email: eamfis@yahoo.co.id, Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga, Jl. Marsda Adisucipto, Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian dengan judul "Al Qur`An Dan Sains Antara Keserasian, Pertentangan Dan Mukjizat" bertujuan untuk mengetahui fungsi ayat-ayat kawniyah dalam al-qur`an dan untuk memberi gambaran yang jelas hubungan antara qur`an dan sains menurut pendapat kaum islam.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh penjelasan mengenai hubungan antara qur`an dan sains. Adapun metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah interview yaitu peneliti mewawancarai para informan yang terkait, library research yaitu peneliti menggunakan buku atau referensi yang berhubungan dengan objek penelitian.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa beberapa fungsi ayat-ayat kauniyah dalam al-qur`an adalah untuk membentuk mental manusia khususnya umat islam yang berilmu pengetahuan, untuk menciptakan iklim masyarakat yang menjunjung tinggi ilmu pengeatahuan dan berperadaban dan sebagai inspirasi bagi bagi para ilmuwan. Memahami ayat-ayat kauniyah dalam al-qur`an bukan dengan melihat adakah teori-teori sains yang tersirat atau kecocokan antara ayat-ayat tersebut dengan fakta-fakta sains tetapi dengan melihat adakah ayat al-qur`an yang menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan. Dengan demikian tujuan dari sains islam bukanlah untuk mencari kebenaran tetapi pada aplikasi.

Latar Belakang Masalah

Sekarang kita menyaksikan pesatnya perkembangan dunia penelitian sains dengan kepesatan yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya dalam peradaban manusia. Ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa alasan kecepatan dan kesuksesan sains itu adalah hasil pemisahannya dari teologi (agama) dan filsafat. Dan karena pemisahan ini pula doktrin-doktrin filosofis dan agama sulit untuk dapat mengimbangi pesatnya dunia sains. Hal ini menciptakan batasan dan konflik antara sains dan metode-metode pencarian pengetahuan lainnya. Agamalah yang paling banyak menderita. Ini karena banyakj pertanyaan yang tidak lama sebelumya mampu dijawab agama dengan belandaskan kitab sucinya kini perlahan-lahan berpindah ke ranah sains seperti pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan asal usul alam semesta, penciptaan manusia dan astonomi. Doktrin-doktrin agama kini harus menghadapi tantangan dari fisika partikel, teori evolusi, embriologi dan sebagainya. Banyak yang beranggapan bahwa sains, perwujudan rasionaitas akal manusia, akhirnya akan mampu menjawab semua pertayaan yang timbul dalam pikiran manusia, dan secara perlahan namun pasti akan menggeser semua paham dan doktrin agama.

Ditengah keadaan yang seperti ini, maka sangat wajar jika banyak kalangan agamawan yang bergbung ke dalam kubu sains yaitu dengan menerima teori-teori yang diajukan sains dan berusaha menunjukan kesesuaian dengan kitab sucinya (al-Qur`an). Hal ini dapat dilihat dalam bentuk beragam upaya agamawan untuk membuktikan adanya aya-ayat al-Qur`an yang mendukung teori-teori sains yang terkenal dari relativits Einstein, Big Bang sampai teori evolusi Darwin. Jenis karya ini dapat kita sebut literatur Apologetik atau literatur Bucaillis yang disandarkan pada Maurice Bucaillis melalui karyanya The Bible, Qur`an and Science yang dianggap sebagai karya terpenting dalam bidang ini.

Meskipun begitu, tidak sedikit pula kalangan agamawan yang Bagaimanapun juga kita harus ekstra hati-hati untuk percaya mutlak pada interpretasi (tafsiran) kita akan Al-Qur`an. Hal itu hanyalah interpretasi dan sangat mungkin terbukti salah pada kemudian hari. Kebenaran yang terkandung dalam Al-Qur`an datang dari Tuhan, sedangkan pengetahuan yang kita dapatkan sangat dipengaruhi oleh budaya masyarakat pada masa kita. Dengan klaim kebenaran suatu ayat kita sudah kehilangan kearifan, ruh dan kerendahan hati sebagai umat islam.

Ayat-ayat Kauniyah dan Umat Islam

Ada sekian kebenaran ilmiah yang dipoaparkan oleh Al-Quw`an, tetapi tujuan pemaparan ayat-ayat tersebut adalah untuk menunjukan kebesaran Tuhan dan k e-Esa-an-Nya, serta mendorong manusia seluruhnya untuk mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya.[1] Syaikh Tantawi dalam tafsirnya Al-Jawahir menulis ada 750 ayat kauniyah sedangkan yang telah dirangkum oleh Dr. agus purwanto, M.Sc dalam bukunya Ayat-Ayat Semesta terdapat 800 ayat.

Keprihatinan Syaikh Tantawi telah dilontarkan lebh dari setengah abad yang lalu. Tapi, agaknya umat islam lebih nyaman dengan kondisi yang sekarang ini. Tak perlu bersusah payah untuk bersekolah, bereksperimen, berkutat dengan rumus-rumus selama bertahun-tahun dan tak perlu menghabiskan dana miliaran rupiah untuk membangun laboratorium seperti CERN atau menerbangkan teleskp Hubble. Kita umat islam sudah berbangga diri dengan menerima laporan hasil jadi perdebatan ilmuwan barat kenudian kita dengan terburu-buru membuka Al-Quran untuk mencari mana ayat yang cocok dengan teori tersebut. Dan setelah itu kita terkagum kagum pada kebesaran Allah, dimulut kita ucapkan subhanallah dan iman kita meningkat berlipat ganda. Cukup hanya itu sajadan kita menunggu teori baru lagi sasmbil berdebat tentang pendapat siapa yang palig cocok dengan kondisi sekarang.

Tidak ada upaya dari kita untuk menghitung sendiri, bereksperimen dan mencoba apa yang telah Allah hamparkan di alam semesta ini. Kekuatan kita dihabiskan untuk bekutat pada ayat-ayat hukum. Kondisi kita yang kebanyakan bukan seorang sufi tetapi bersikap kesufi-sufian mengakibatkan kelalaian dan pengabaian kita terhadap sains dan Al-Qur`an itu sendiri. Dr. Agus Purwanto, M.Sc seorang ahli fisika teoritik Indonesia menulis dalam bukunya Ayat-Ayat Semesta:

Meski ayat hukum hanya berjumah seperlima dari ayat-ayat kauniyah tetapi teah menyedot hamper semua energy ulama dan umat islam. Sebaliknya, ayat-ayat kauiyah meskipun nerjumlah sangat banyak tetapi terabaikan. Sains sebagai perwujudan normative dari ayat-ayat kauniyah seolah tidak terkait dan tidak mengantarorang islam ke surge atau neraka sehingga tidak pernah dibahas baik diwilayah keilmuan maupun pengajian-pengajian.[2]

Pandangan Umat Islam Terhadap Qur`an dan Sains

Pandangan kita terhadap sains dan AL-Qur`an secara umum bisa dikelompokan menjadi empat kelompok.

1.Kelompok pertama menerima Al-Qur`an secara penuh dan hanya menerima teori-teori sains yang cocok terhadap Al-Qur`an. Mereka secara terang teragan menolak teori-teori sains yang berbeda dengan Al-Qur`an yang dianggap sebagai hasil karya manusia yang tentunya sangat diragukan kebenarannyadari pada al-Qur`an yang merupakan kalam ilahi yang sudah pasti benar. Pandangan ini dapat diwakili oleh Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf penulis buku Matahari Mengelilingi Bumi. Hal ini dapat dipahami karena pendapat ini lebih berpegang kepada makna lahiriah teks-teks agama (al-Qur`an dan Hadits) dan warisan ajaran yag ada sejak lama dan karenanya ditaqdiskan.

Mereka menolak ketika ditemukan bahwa bumi mengelilingi matahari(heliosentris), sedang dalam Al-Qur`an disebutkan bahwa matahari berjalan sesuai garis edarnya yang mereka pahami mengelilingi bumi(geosentris). Demikian juga ketika teori evolusi dianggap menyelisihi pandangan Al-Qur`an yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Kalangan agamawan pada kelompk ini menjawab petanyaan-pertanyaan ilmiah yang ditanyakan sains berdasarkan pada teks-teks agama. Sedang kalangan Sains berdasarkan penyeidikan dan peneitian. Mereka mengklaim bahwa teks-teks agama bersifat mutlak kebenarannya, sehingga semua informasi yang diberikannya pastilah benar adanya. Kebanyakan kalangan ini akan memandang remeh dan sepele terhadap para ilmuwan, mereka memendang ilmuwan terlalu berkutat pada sesuatu yang sebenarnya telah mereka ketahui sejak lama. Dr. Abdul Shabur Sahin dalam

Sebenarnya semua ini bukan masalah besar bagi kita, selama kita masih mampu menjaga dan memegang kesucian teks Al-Qur`an yang telah Allah turunkan. Atau, tidak menyalahi apa yang dibebankan oleh agama. Hal tersebut juga tidak akan mempengaruhi kehidupan kita, selama kita masih menghormati logika nalar yang benar, mempunyai kesadaran dalam mempergunakan ilmu bahasa, dan mengajak masyarakat islam untuk mmpercayai semua rahasia Tuhan yang ada dibalik keajaiban Al-Qur`an.[3]

Kalangan ini sesungguhnya belum mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai alam semesta dan hukum-hukumnya. Kecuali hanya memberikan gambaran mistis tentang proses penciptaan Tuhan terhadap alam, dalam hitungan hari menurut Tuhan, dan dalam citra makhluk yang telah ditentukan Tuhan. Mengenai umur bumi dan momentum awal kehidupan di bumi, tampak sekali kalangan agama angkat topi. Lalu mereka akan memanfaatkanpenemuan-penemuan kalangan ilmuwan sambil mengatakn bahwa antara agama dan ilmupengetahuan tidak saling bertentangan![4]

2. Kelmpok kedua adalah kaum muslim yang menerima penuh teori-teori sains dan menolak doktrin-doktrin agama (Al-Qu`an dan Hadits). Mereka mengatakan bahwa Al-Qur`an hanya berisi ajaran-ajaran agama saja yaitu moral dan ibadah. Jika ada kesamaan-kesamaan antara Al-Qur`an dan teori-teori sains hal itu wajar karena Al-Qur`an yang membuat Tuhan, tetapi jika ada yang bertentangan maka mereka lebih mempercayai teori-teori tersebut daripada yang diinformasikan Al-Qur`an. Mereka umumnya enggan untuk membahas persoalan ini.

3. Kelompok ketiga adalah kaum musim yang menguatkan pendapat yang menyatukan antara sains dan Al-Qur`an. Pendapat inilah yang paling masyhur dalam masyarakat muslim. Pandangan ini mulai mengalami perkembangan ketika diterbitkannya buku The Bible, Qur`an and Science karya Maurice Bucaillis sehingga karya dalam hal ini dapat dikatakan literature bucaillis. Mereka berusaha mengintegrasiakn pandangan agama dan sains. Karya mereka sangat bersifat apologetik. Walau dengan beragan cara pandang tapi tujuan mereka sama yaitu untuk membuktikan bahwa Al-Qur`an adalah wahyu Tuhan. Harun Yahya adalah penulis yang bercorak sama dengan pendapat ini9 banyak menguti dalam bukunya akan kebenaran AL-Qur`an lewat pembuktian sains modern.

Informasi mengenai perkembangan bayi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah serangkaian pngamatan dengan peralatan modern. Namun sebagaimana fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al-Qur`an dengan cara yang luar biasa. Fakta bahwa informasi yabg sedemikian terperinci dan akurat diberiakan dalam Al-Qur`an pada saat bidang ke4dokteran masih prtimitif, merupakan bukti nyata bahwa Al-Qur`an bukanlah ucapan manusia melainkan firman Allah.[5]

4. Meskipun para pendapat ini mendasarkan prinsipnya pada kieikhlasan untuk membuktikan bahwa ayat-ayat Al-Qur`an adalah benar-benar wahyu Tuhan, tetapi tidak berarti semua orang islam sependapat dengan mereka. Dan pendapat Inilah pendapat yang keempat yaitu tujuan dari Ayat-ayat kauniyah bukan untuk mencari kebenaran. Tetapi kepada implikasi atau kemajuan sains itu sendiri.

Membahas hubungan antara Al-Qur`an dan ilmu pengetahuan bukan denagn melihat, misalnya, adakah teori nrelativitas atau bahasan tentang angkasa luar, ilmu komputer tercantum dalam Al-Qur`an; tetapi yang lebih utama adalah meliohat adakah jiwa ayat-ayatnya yang menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah satu ayat Al-Qur`an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan? Dengan kata lain, meletakannya pada sisi " social psychology"(psikologi sosial) bukan pada sisi " history of scientific progress"(sejarah pearkembangan ilmu pengetahuan). Anggaplah setiap ayat dari 6226 ayat yang tercantum dalam Al-Qur`an (menurut perhitungan ulama kufah) mengandung teori ilmiah, kemudian apa hasilnya? Apakah keuntungan yang diperoleh dengan mengetahui teori-teori tersebut bila masyarakat tidak dibeari "hidayah" atau petunjuk guna kemajuan ilmu pengetahuan atau menyingkirkan hal-hal yang dapat menghambatnya?[6]

Sesuatu baru bisa disebut ilmiah apabila ia bersifat rasional, positif, dan empiris –inilah hukum ilmiah yang kita pahami. Demikianlah syarat sesuatu bis dimasukkan kedalam terminologi ilmiah . syaratyang lain adalahsesuatu tersebut bisa diuji dan diteliti kedalam laboratorium sedemikian rupa, sehiungga kesimpulan yang nantinya menjadi teori bisa diambil. Misal, pandangan ilmiah tentang semesta dan jagad raya, tentu saja berbeda dengan pandangan agama tentang hal yang sama. Oleh karena itu, jika teks-teks islam diilmiah-ilmiahkan, tentu hal ini menunjukan satu tingkat kelucuan dan kenaifan btersendiri yang tidak bisa diterima dari sudut pandang ilmiah itu sendiri. Ketika seseorang mengatakan "isyarat-isyarat ilmiah dalam Al-Qur`an",misalnya,maka istilah yang demikian ini tidak bisa diterima.[7]

Kebenaran Al-Qur`an yang mutlak benar dan kebrnaran sains yang berdasarkan tral andKebenaran Al-Qur`an yang mutlak benar dan kebrnaran sains yang berdasarkan trial and eror itulah yang sebenarnya sulit untuk disatukan. Dan bukan hanya itu saja alasan mengapa kelompok ini tidak sepaham dengan kelompok ketiga. Akan tetapi pandangan kelompok ketiga dikhawatirkan mengandung beberapa pandangan yang membahayakan Al-Qur`an dan kaum muslim sendiri antara lain:

a. Seperti kita ketahui bahwa sejak abad 19 hingga kini umat islam mengalami kemunduran yang parah, dan hal ini mengakibatkan umat islam mengalami perasaaan rendah diri atau inferiority complex. Jika ada penemuan baru, para ilmuwan islam mengatakan bahwa Al-Qur`an sudah sejak lama sekali yaitu satu setengah milenium tahun yang lalu telah menyatakan hal ini, Al-Qur`an lebih dulu daripada sains. Sebenarnya itu adalah akibat dari inferiority complex tadi. Dan para penemu rumus tersebut akan tertawa merendahkan dan berkata kepada umat islam, keanapa tidak tuan temuakan sejak dulu?

b. Dalam litertur apologetik terdapat kesulitan dalam hal bahasa. Suatu kata akan diartikan sangat jauh dari makna sebenarnyaagar sesuai dengan sains. Padahal Al-Qur`an adalah kitab yang sangat intens dengan bahasa terutama bahasa arab lama. Misal, kata kata “dzarrah” yang artinya benda yang sangat kecil diterjemahkan dengan kata atom. Padahal sains sendiri belum berani mengatakan atom adalah benda yang terkecil karena masih berkemungkinan ditemukan partikel yang lebih kecil

Sains Islam

Walau pandangan umat islam mengenai ayat kauniyah Al-Qur`an dengan sains tapi pandangan kelompok kelima adalah yang paling aman yaitu dengan tidak menjadikan pencarian kebenaran sebagai tujuannya (aksiologi) tetapi lebih dititik beratkan pada aplikasi sains yang dijiwai semangat Qur`aniyah sehingga bias mencetak llmuwan yang membawa kepada kesejahteraan manusia. Bangunan sains islam sangat berbeda dengan sains barat. Sains barat ontologinya berdasarkan paham materialism, aksiologinya yaitu sains untuk sains da epistemologiya yaitu dengan metode ilmiah, empirisme dan tidak mempercayai adanya informasi wahyu.

Sedang sains islam bangunan keilmuan terdiri atas ayat-ayat Al Qur’an sebagai berikut:

Epstemologi dari sains islam dan sains barat hamper sama, kecuali sains islam menjadikan wahyu sebasai salah satu sumber informasi yang didukung oleh doa sehingga menghasilkan kesucian. Jadi dapat dibedakan sebagai berikut:



[1] Dr. M. Quraish Shihab, membumikan Al-Qur`an, (Bandung, Mizan,1992), hal51

[2] Dr. Agus Puwanto, M.Sc, Ayat-Ayat Semesta, (Bzndung, Mizan, 200), hal 28

[3] Dr. Abdul Shabur Sahin, Adam bukan Manusia Pertama: Mitos atau Realita?, ( Yogyakarta, eLSAQ PRESS, 2004), hal 7

[4] Muhamad Muhyidin, Asal Usul Manusia, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2006), hal 56

[5] Harun Yahya, Al-Qur`an dan Sains, (Bandung, Dzikra, 2007), hal 109

[6] Dr. M. Quraish Shihab, membumikan Al-Qur`an, (Bandung, Mizan,1992), hal42

[7] Muhamad Muhyidin, Asal Usul Manusia, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2006), hal 217

Tidak ada komentar:

Posting Komentar