Pages

Rabu, 16 November 2011

PESAN MORAL TAUHID DALAM NOVEL SANG PEMIMPI ( Buku Kedua Tetralogi Laskar Pelangi )


KATA PENGANTAR

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itulah yang merubahnya sendiri" (Q.S Ar ro`du: 11)
"Sesungguhnya Aku (Allah) sesuai menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku" (Hadits Qudsi)
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah al-Malikul Mulk. Salawat salam semoga tercurah atas Nabi Muhamad al-amin dan segenap keluarganya dan sahabatnya.
Persoalan takdir menjadi begitu kompleks jika dikaitkan dengan sifat manusia yang cenderung bebas dan merdeka. Tapi kemerdekaan seperti apakah yang seharusnya dipahami, sehingga kita tidak terperangkap terhadap suatu pemahaman yang bertentangan baik dengan nash-nash agama maupun akal. Karena tidak mungkin agama bertentangan dengan akal.
"Agama adalah milik orang yang berakal" (Hadits)
Oleh karena itu dalam pembuatan makalah ini kami mengangkat sebuah tema tentang takdir itu sendiri, yaitu dengan judul PESAN MORAL TAUHID DALAM NOVEL SANG PEMIMPI BUKU KEDUA TETRALOGI LASKAR PELANGI. Dengan segenap permohonan dari Allah al-Muqtadir al-Jabbar agar ditunjukan kedalam perkara yang haq dan diberi kekuatan untuk mengikutinya serta ditunjukan pula perkara yang bathil dan diberi kekuatan untuk menjauhinya sejauh mungkin.
Koreksi dan masukan selalu kami tunggu. Akhirnya seperti kata Arai
        "Jangan takut,Tonto….," ia menguatkan aku dengan gaya Lone Ranger.
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Masalah tentang takdir tak ada habisnya diperbincangkan dan diperdebatkan manusia karena berhubungan sangat erat terhadap kehidupannya bahkan sampai masalah yang sangat kecil seperti menarik nafas, siapakah yang mengerjakannya, Tuhan atau manusia? Ada tiga pendapat mengenai hal itu yaitu Qadariyyah (freewill) yang berpendapat manusialah yang mengerjakannya, Jabbariyyah (determinant) adalah lawannya, bahwa Tuhanlah yang mutlak melakukannya dan manusia hanya seperti wayang dan Tuhanlah dalangnya. Masing-masing berpendapat bahwa pendapatnyalah yang paling benar dengan membawa dalil-dalil naql maupun aql. Golongan Qadariyyah dan Jabbariyah lebih tepat kalau dikatakan sebagai suatu penyelewengan pikiran dan cara berpikir, karena keserasian pemikiran di antara bagian-bagian paham dan ajaran-ajaranya tidak terdapat, sehingga kedua aliran tersebut tidak pernah hidup sebagai aliran yang mempunyai pengikut-pengikut yang setia kepada pokok-pokok ajaranya. Oleh karena itu kedua aliran tersebut tidak dapat tahan hidup seperti aliran-aliran Teologi Islam yang lain, bahkan sebenarnya uamunya tidak lebih daripada umur Jahm bin Safwan atau Ma`bah dan Ghailan itu sendiri.[1]
Dan aliran yang ketiga adalah aliran yang berdiri diantara keduanya (tawasut). Mengakui bahwa Tuhanlah yang menciptakan dan manusia yang berbuat. Aliran inipun didukung oleh sebagian besar umat Islam dan merupakan satu-satunya yang mampu memberi jawaban yang memuaskan. Aliran ini didirikan oleh As`ari dan Mathuridi yang disebut Ahlsunnah wal Jama`ah. Para kaum sufi pun sebagian besar mengikuti aliran ini dan berpendapat bahwa dengan memahami manusia sebagai wakil al-Muqtadir (salah satu Asmaul Husna) maka kelirulah anggapan orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya manusia mutlak tidak memiliki hak untuk memilih apapun bagi hidupnya. Semua tergantung pada ketentuan Allah. Itu pandangan Jabbariyah yang mengingkari keberadaan manusia sebagai wakil Allah di muka bumi (khalifah fil ardi). Sebaliknya, keliru pula anggapan orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya pilihan mutlak ada pada tangan manusia. Allah tidak ikut serta menentukan pilihan manusia. Itu pandangan Qadariyyah yang mengingkari kekuasaan al-Muqtadir dalam menentukan kehidupan wakil-Nya.[2]
Ketiga ajaran tersebut akan sangat sulit dipahami karena hanya berupa teori, dan salah satu cara untuk memahaminya adalah dengan membumikannya dalam kehidupan, dan cara yang paling mudah dilihat adalah melalui teks-teks sastra, karena sastra adalah gambaran utuh manusia dan kebudayaanya. Dipilih novel Sang Pemimpi karena:
1.    Menggunakan bahasa Indonesia yang baku sehingga lebih mudah dipahami isinya.
2.    Tidak terlalu tebal, hanya 272 halaman sehingga makna dan alur cerita dapat diringkas dengan mudah.
3.    Termasuk dalam tetralogi Laskar Pelangi, novel yang best seller di Indonesia dan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, sehingga diharapkan lebih menarik.
4.    Termasuk jenis karya sasta yang ditulis berdasarkan kenyataan sehingga walaupun non fiksi tetap dapat memberi batasan pada khayalan penulis.

B.     Tujuan Penulisan
  1. Untuk memahami konsep takdir dalam tauhid Islam.
  2. Untuk mengetahui aplikasi konsep takdir dalam kehidupan.

















BAB II
PESAN MORAL TAUHID DALAM NOVEL SANG PEMIMPI

A.    Andrea Hirata dan Novel Sang Pemimpi
Andrea Hirata Seman Said Harun (lahir 24 Oktober) adalah seorang penulis Indonesia yang berasal dari pulau Belitong, propinsi Bangka Belitung. Novel pertamanya adalah novel Laskar Pelangi yang merupakan buku pertama dari tetralogi novelnya, yaitu :
1.    Laskar Pelangi
2.    Sang Pemimpi
3.    Edensor
4.    Maryamah Karpov
Laskar Pelangi termasuk novel yang ada di jajaran best seller untuk tahun 2006 dan 2007. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains-fisika, kimia, biologi, astronomi dan tentu saja sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang backpaker dan akademisi. Mimpinya yang lain adalah untuk tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia, di Himalaya. Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia, mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cumlaude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah. Saat ini Andrea tinggal di Bandung dan bekerja di kantor pusat PT.TELKOM.
Dalam Sang Pemimpi, Andrea bercerita tentang kehidupan ketika masa-masa SMA. Tiga tokoh utamanya adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Ikal, alter egonya Andrea Hirata. Arai, saudara jauh yang yatim piatu dan akhirnya menjadi saudara angkat dan Jimbron, seorang yatim piatu yang terobsesi dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup. Ketiganya larut dalam kisah persahabatan yang terjalin dari kecil sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Bukan Main, SMA pertama yang berdiri di Belitung bagian timur. Bersekolah di pagi hari dan bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan pada dini hari. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya cita-cita besar, sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka hanyalah sebuah mimpi kosong belaka.
Adapun tokoh-tpkoh dalam novel ini adalah:
  1. Ikal,adalah pemeran pertama yang dilihat dari sudut pandang oarang pertama sehingga kata "aku" dalam novel ini kembali pada tokoh ini.
  2. Arai, adalah tokoh sentral dalam buku ini. Menjadi saudara angkat Ikal ketika kelas 3 SD saat ayahnya (satu-satunya anggota keluarga yang tersisa) meninggal dunia. Seseorang yang mampu melihat keindahan di balik sesuatu, sangat optimis dan selalu melihat suatu peristiwa dari kaca mata yang positif. Arai adalah sosok yang begitu spontan dan jenaka, seolah tak ada sesuatupun di dunia ini yang akan membuatnya sedih dan patah semangat.
  3. Jimbron,anak yatim piatu yang diasuh oleh seorang pastur Katolik bernama Geovanny. Laki-laki berwajah bayi dan bertubuh subur ini sangat polos. Segala hal tentang kuda adalah obsesinya, dan gagapnya berhubungan dengan sebuah peristiwa tragis yang memilukan yang dia alami ketika masih SD. Jimbron adalah penyeimbang di antara Arai dan Ikal, kepolosan dan ketulusannya adalah sumber simpati dan kasih sayang dalam diri keduanya untuk menjaga dan melindunginya.
Tokoh-tokoh lain sebagai peran figuran:
  1. Pendeta Geovanny, ia adalah seorang Katolik yang mengasuh Jimbron selepas kepergian kedua orangtua Jimbron. Meskipun berbeda agama dengan Jimbron, beliau tidak memaksakan Jimbron untuk turut menjadi umat Katolik. Bahkan beliau tidak pernah terlambat mengantar Jimbron pergi ke masjid untuk mengaji.
  2. Pak Mustar adalah salah satu pendiri SMA Bukan Main. Ia adalah wakil kepala sekolah SMA Bukan Main, seorang yang baik dan cukup sabar namun berubah menjadi tangan besi ketika anaknya sendiri justru tidak diterima masuk ke SMA tersebut karena NEMnya kurang 0,25 dari batas minimal. Terkenal dengan aturan-aturannya yang disiplin dan hukuman yang sangat berat. Namun sebenarnya beliau adalah pribadi yang sangat baik dan patut dicontoh.
  3. Pak Ichsan Balia, Kepala Sekolah SMA Negeri Bukan Main. Laki-laki muda, tampan, lulusan IKIP Bandung yang masih memegang teguh idealisme.
  4. Nurmala; "Zakiah Nurmala binti Berahim Mantarum",gadis pujaan Arai sejak pertama kali Arai melihatnya. Nurmala adalah gadis yang cantik, kembang di kelasnya, pandai, selalu menyandang ranking 1. Ia juga penggemar Ray Charles dengan lagunya "I Can't Stop Loving You" dan Nat King Cole dengan lagunya "When I Fall in Love".
  5. Laksmi; gadis pujaan Jimbron. Telah kehilangan kedua orangtuanya dan tinggal serta bekerja di sebuah pabrik cincau. Semenjak kepergian orangtuanya, ia tidak pernah lagi tersenyum, walaupun senyumnya amat manis. Ia baru dapat tersenyum ketika Jimbron datang mengendarai sebuah kuda.
  6. Capo Lam Nyet Pho, seorang yang memungkinkan berbagai hal sebagai objek untuk bisnisnya. Bahkan ketika PN Timah terancam kolaps, ia melakukan ide untuk membuka peternakan kuda meskipun kuda adalah hewan yang asing bagi komunitas Melayu.
  7. Taikong Hamim, guru mengaji di masjid di kampung Gantung. Dikenal sebagai sosok nonkonfromis dan sering memberlakukan hukuman fisik kepada anak-anak yang melakukan kesalahan.
  8. Bang Zaitun, seniman musik pemimpin sebuah kelompaok Orkes Melayu. Dikenal sebagai orang yang pernah mempunyai banyak pacar dan hampir memiliki 5 istri. Sebenarnya kunci keberhasilannya dalam percintaan adalah sebuah gitar. Ia pun mengajarkan hal tersebut pada Arai yang sedang mabuk cinta dengan Nurmala.
  9. A Kiun, gadis hokian penjaga loket bioskop.
  10. Nurmi berbakat memainkan biola, mewarisi biola dan bakat dari kakeknya yang ketua kelompok gambus di Gantung. Nurmi adalah tetangga Arai dan Ikal, seumuran, dan dia adalah gadis yang sangat mencintai biola.
  11. Pak Cik Basman, seorang tukang sobek karcis di sebuah bioskop di Belitong.
  12. A Siong, pemilik toko kelontong tempat Ikal dan Arai berselisih tentang penggunaaan uang tabungan.
  13. Deborah Wong, istri A Siong dan ibu dari Mei-Mei. Perempuan asal Hongkong yang tambun dan berkulit putih.
  14. Mei Mei, gadis kecil anak Deborah Wong.
  15. Seman Said Harun, ayah Ikal, yang sangat pendiam, bekerja sebagai pendulang timah dan akan memakai baju safari empat saku jika akan mengambil rapotnya Ikal dan Arai.
  16. A Ling, walau hanya sekali disebut dalam novel ini ia adalah wanita hokian yang sangat dicintai Ikal, anak pemilik Toko Sinar Harapan dan meninggalkan Ikal untuk merantau ketika Ikal kelas tiga SMP.
  17. Mualim kapal BINTANG LAUT SELATAN, tidak ditulis siapa nama aslinya, ia mantan preman yang tobat, ia pula yang memberi tumpangan Ikal dan Arai  ke pulau Jawa dan menunjukkan agar menuju kota Ciputat.
  18. Profesor, juga tak ditulis namanya, tapi di novel Edensor ia adalah mantan menteri. Ia adalah orang yang mewawancarai Ikal mendapatkan beasiswa Uni Eropa, ia begitu antusias dengan seluruh hipotesis Ikal.
  19. ffdgggsSang Pemimpi adalah sebuah kisah kehidupan yang mempesona yang akan membuat pembacanya pesrcaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, lebih dari itu, juga percaya kepada Tuhan. Melaui novel ini andrea hiarata ingin berkata bahwa apapun keadaan kita, kita pasti mampu mengubahnya karena kita punya tuhan. Jauh di pedala man pulau Belitong, tiga orang anak di sebuah kampung Melayu bermimpi untuk melanjutkan sekolah mereka hingga ke Perancis, menjelahi Eropa, bahkan sampai ke Afrika.! Ikal, Arai, dan Jimbron, merekalah si pemimpi itu, walau bagai punguk merindukan bulan, mereka tak peduli, mereka memiliki tekad baja untuk mewujudkan mimpi mereka, hidup di daerah terpencil, kepahitan hidup, kemiskinan, bukanlah pantangan bagi mereka untuk bermimpi. Mereka tak menyerah pada nasib dan keadaan mereka, bagi mereka mimpi adalah energi bagi kehidupan mereka masa kini untuk melangkah menuju masa depan yang mereka cita-citakan Ini adalah pandangan yang terbaik dari pemahaman tentang konsep takdir. Andrea mampu bersikap moderat(tawasut) dalam menlis ide-idenya. Ia tidak terjebak pada pemahaman jabbariyah(determinant) maupun qadariyyah(freewill). Andrea tidak menghilangkan peran tuhan ketika ia menulis "kita lakukan yang terbaik disini!! Dan kita akan berkelana menjelajahi Eropa sampai Afrika!! Kita akan sekolah ke Prancis!! Apapun yang terjadi!"[3](154) Karena iapun menulis "mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi disini Kal,di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita!!"(153)Perkataan"mendahului nasib kita" mengindikasikan bahwa arai percaya bahwa tuhanlah yang berkehendak, tetapi perkataan"apapun yang terjadi" menjadi jawaban bahwa ialah juga yang menentukan.
  20. Jika dilihat dari ajaran as`ari hal ini sesuai dengan pengertian kasb, yang memiliki makna kebersamaan kekuasaan manusia dengan perbuatan tuhan. Kasb juga memiliki makna keaktifan dan bahwa manusia bertanggungjawab atas perbuatanya.[4]
karena manusia diberi kebebasan untuk memilih dalam berbuat, maka-menurut Maturidiyah-perbuatan itu tetap diciptakan oleh tuhan. Sehingga perbuatan manusia sebagai perbuatan bersama antara manusia dan Tuhan. Allah yang mencipta dan manusia meng-kasab-nya. Dengan begitu manusia yang dikehendaki adalah manusia yang selalu kreatif, tatapi kreativitas itu tidak menjadikan makhluk sombong karena merasa mampu menciptakan dan mewujudkan. Tetapi manusia yang kreatifdan pandai bersukur. Karena kemampuanya melakukan sesuatu tetap dalam ciptaan Allah (ibid).
Dan dengan pemahaman yang serupa menjadikan para tokoh yaitu Ikal, Arai dan Jimbron memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi, mereka bahu membahu mewujudkan mimpi mereka, saat itu PN Timah Belitong sedang dalam keadaan terancam kolaps, gelombang PHK besar-besaran membuat banyak anak-anak tidak bisa meneruskan sekolah mereka karena orang tuanya tak sanggup membiayai. Mereka yang masih ingin bersekolah harus bekerja. Demikian juga dengan ketiga pemimpi, begitu tamat SMP mereka ingin tetap melanjutkan sekolah mereka, karena di kampung mereka tak ada SMA, mereka harus merantau ke Magai, 30 kilometer jaraknya dari kampung mereka. Untuk itu mereka tinggal bersama-sama dalam sebuah los kontrakan, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya mereka bekerja mulai dari penyelam di padang golf, office boy di sebuah kantor pemerintah hingga akhirnya bekerja sebagai kuli ngambat, yang bertugas menunggu perahu nelayan tambat dan memikul tangkapan para nelayan itu ke pasar ikan. Menurut hirarki pekerjaan di Magai, kuli tambat adalah pekerjaan yang paling kasar yang hanya akan digeluti oleh mereka yang tekad ingin sekolahnya sekeras tembaga atau mereka yang benar-benar putus asa karena tidak memiliki pekerjaan lain. Hal ini membuktikan bahwa ketiga pemimpi ini memiliki hati yang sekeras tembaga untuk bisa bersekolah untuk mewujudkan mimpi mereka.

          Begitupun Andrea tetap menuliskan tentang kelemahan-kelemahan paham   Jimbron tentang   fatalis(jabbariyyah) dalam paragraf yang cukup panjang yaitu
Pertama ia menjelaskan dengan gaya bahasanya
Jika kita ditimpa buah nangka, itu artinya memang nasib kita harus ditimpa buah nangka. Tak dapat, sedikitpun, dielakan. Dulu, jauh sebelum kita lahir, tuhan telah mencatat dalam buku-Nya bahwa kita memang akan ditimpa buah nangka matang sebab tangkainya sudah rapuh adalah perkala lain. Tak apa-apa kita duduk santai di bawah buah nangka semacam itu karena toh tuhan telah mencatat dalam buku-Nya apakah kita akan ditimpa buah nangka atau tidak.[5]
Memang Jahm bin Safwan (tokoh jabbariyah) mengatakan bahwa perbuatan-perbuatan manusia bukan dia yang mengerjakan tetapi Allah sendiri.[6] Dan ketidak setujuan andrea dapat dilihat dengan tulisan selanjutnya
Nah, kawan, dengan mentalis seperti itulah Jimbron memersepsikan dirinya. Barangkali ada benarnya di satu sisi, tapi tak dapat dimungkiri pandangan itu mengandung kenaifan yang mahabesar. Bagaimana mungkin seorang manusia memiliki akal seperti itu? Besar dugaanku karena kemampuan mengantisipasi suatu akibat memang memerlukan kapasitas daya pikir tertentu. Diperlukan intelegensia yang tinggi untuk memahami bahwa buah nangka matang yang menggelembung sebesar tong, dengan tangkainya yang rapuh, dapat sewaktu-waktu jatuh berdebam hanya karena dihinggapi kupu-kupu.[7]
  Tetapi ia menampik pendapat yang mengatakan bahwa jika orang yang memiliki mentalitas seperti Jimbrom atau jabbariyah adalah orang-orang yang pemalas. Kita dapat mengetahui pendapat andrea tentang hal ini pada bab yang berjudu Aku Hanya Ingin Membuatnya Tersenyum dan Pangeran Mustika Raja Brana yaitu keinginannya membuat Laksmi tersenyum, ia yang memiliki mental seperti itu memiliki kekuatan  seperti yang diceritakan andrea
Setiap minggu pagi Jimbron menghambur ke pabrik cincau. Dengan senang hati, ia menjadi relawan pembantu Laksmi. Tanpa diminta ia mencuci kaleng-kaleng mentega palmboom wadah cincau itu jika isinya telah kosong dan ikjt menjemur daun-daun cincau. Seperti biasa, Laksmi diam saja, dingin tanpa ekspresi. Di antara kaleng-kaleng Palmboom mereka berdua tampak lucu. Jimbron yang gemuk gempal, sumringah, dan repot sekali, hanya setinggi bahu laksmi yang kurus jangkung, berwajah lembut, dan tak peduli. Jimbron ingin sekali, bagaimanapun caranya, meringankan beban Laksmi meskipun hanya sekadar mencuci baskom[8]. Dengan tujuan
"aku hanya ingin membuatnya tersenyum…,"katanya berat[9]
dan berkat usahanya (Jimbron,orang yang berpaham fatalisme) apa yang menjadi impian pun tecapai laksmi terkesima lalu  samar-samar ia tersenyum. Ia memandangi Jimbron dan semakin lama senyumnya semakin lebar[10] seakan-akan andrea ingin mengatakan bahwa malas tuidaknya seseorang bukan disebabkan dari pahan jabbariyah melainkan dari ketakmauan orang tersebut berusaha. Hal yang menarik dari novel ini adalah andrea menyuguhkan sesuatu yang berbeda. Ia mampu memandang sesuatu dari sudut yang jarang atau bahkan tak pernah terpikirkan orang lain. Jika para ahli mengatakan bahwa dengan paham mu`taazilah yang cenderung qaddariyah orang akan akan memiliki semangat untuk bekerja. Atapi nseperti Jabariyah yang dilihat terbalik, qasdariyahpun memiliki nasib yang sama ditangan andrea, yaitu sikap pesimis. Aku dipaksa belajar bertanggungjawab pada diriku sendiri. Satu lapisan tipis seolah tersingkap di mataku membuka tabir filosofis yang pasti menjadi oarng dewasa yaitu: hidup menjadi semakin tak mudah. Aku sendiri, Jimbron, dan Arai yang kusaksikan membersihkan meja di restoran, menjadi kernet, dan pedagang kweni tak lain adalah manifestasi dari sikapku yang telah bisa realistis; karena usiaku telah meginjak delapan belas. Kini aku sadar setelah menamatkan SMA nasibku akan sama dengan  nasib kedua sahabatku waktu SMP: Lintang dan Mahar.[11]
Dari perkataan Andrea di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa ia yang sudah bisa berfikir realistis, bahkan dalam persoalan nasib dan takdir ia realistiskan karena bergerak, kaya, bahagia yang menciptakan adalah dia sendiri, tuhan tak ikut campur. Perbuatan-perbuatan bebas, dimana manusia bisa melakukan pilihab antara mengerjakan dan tidak mengerjakan. Perbuatan semacam ini lebih pantas dikatakan diciptakan(khalq) manusia daripada dikatakan diciptakan Tuhan, karena adanya alasan-alasan akal fikiran dan syara’.[12] Pemahaman Qadariyah yang dianut Mu`tazilah tersebut memang akan menumbuhkan sebuah kekuatan dan semangat pada manusia untuk berbuat sebaik mungkin, tapi perlu disadari bahwa manusia akan menangkap pesan moral ini jika manusia dalam keadaan mampu dan bebas merdeka untuk berbuat. Berbeda  dengan manusia yang keadaannya sama seperti si Ikal yang miskin, para budak, tawanan perang dan orang-orang yang kemerdekaannya direnggut oleh manusia lain maka pemahaman seperti ini justru akan jauh lebih membahayakan. Keputusasaan akan terdengar begitu menyakitkan karena yang menciptakan perbuatan adalah dirinya sendiri, yang menentukan nasib adalah dia sendiri sedang Tuhan tak dapat berbuat apapun karena tak berhak menciptakan. Hal inipun digambarkan oleh Andrea "Meskipun kaupenuhi celengan sebesar kuda sungguhan, sahabatku Jimbron, tak `kan pernah uang-uang receh itu mampu membiayaimu sekolah ke Prancis…, demikianlah kata hatiku.[13] Dan dilanjutkan dengan kata-katanya yang sangat jelas bahwa ia sangat tidak setuju dengan pandangan itu. Dan dengarlah itu, Kawan. Siratan kalimat sinis dari orang yang pesimis. Ia adalah hantu yang beracun. Sikap itu mengekstrapolasi sebuah kuva yang turun ke bawah dan akan terus turun ke bawah dan telah membuatku menjadai pribadi yang gelap dan picik. Seyogyanya sikap buruk yang berbuah keburukan: pesimistis menimbulkan sinis, lalu iri, lalu dengki, lalu mungkin fitnah. Dan dengarlah ini, kawan, akibat nyata sikap buruk itu. "Tujuh puluh lima!! Sekali lagi 75!! Itulah nomor kursi ayahmu sekarang…"[14] pemahaman yang ingin disampaikan andrea tentang nasib yang ditulis Tuhan dan mimpi manusia adalah seperti perkataan Ikal kemudian setelah menyadari kekeliruannya. Karena kami adalah para pemimpi. Seandainya tidak dipakai untuk sekolahpun, tabungan itu, yang dikumpulkan selama tiga tahun dari bekerja sejak pukul dua pagi setiap hari memikul ikan, tak `kan cukup untuk membuat kami hidup lebih dari setahun. Dan dari tempat kami berdiri, di Pulau Belitong yang terpencil dan hanya berdiameter seratus lima puluh kilometer ini, cita-cita kami sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika adalah potongan-potongan mozaik yang tak dapat dihubungkan dengan logika apa pun, bahkan dengan pikiran yang paling gila sekalipun. Namun, sekarang aku memiliki filosofi baru bahwa berbuat yang terbaik pada titik dimana aku berdiri, itulah sesungguhnya sikap yang realistis. Maka sekarang aku adalah orang yang paling optimis.[15] Mimpi-mimpi yang diperjuangkan Ikal dan Arai adalah bentuk usaha manusia untuk meng-kasab. Sedangkan mereka berdua dapat sekolah ke Prancis atau tidak adalah urusan Tuhan. Hal ini sangat jelas ditulis Andrea dalam menutup novelnya. Aku mengambil surat kelulusan Arai dan membaca kalimat demi kalimat dalam surat keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang. Hari ini seluruh ilmu manusia menjadi setitik air di atas samudra pengetahuan Allah. Hari ini Nabi Musa membelah Laut Merah dengan tongkatnya, dan miliaran bintang-gemintang yang berputar dengan eksentrik yang bersilangan, membentuk lingkaran episiklus yang mengelilingi miliaran siklus yamg lebih besar, berlapis-lapis tak terhingga diluar jangkauan akal manusia. Semuanya tertata rapi dalam protokol jagat raya yang diatur tangan Allah. Sedikit saja satu dari miliaran episilikus itu keluar dari orbitnya, maka dalam hitungan detik semesta alam akan meledak menjadi remah-remah. Hanya itu kalimat yang dapat menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan telah mengatur potongan-potongan mozaik hiduopku dan Arai, demikian indahnya Tuhan bertahun-tahun telah memeluk mimipi-mimpi kami, telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati kami, karena di kertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya, sama dengan universitas yang menerimaku, di sana dengan jelas tertulis: Universite` de Paris Sorbonne,Prancis.[16]





BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. konsep takdir dalam teologi islam dikenal ada tiga golongan
a. Qadiriyah
Berpaham bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh manusia bukan oleh Tuhan. Sehingga manusialah yang menentukan dan bertanggungjawab atas semua perbuatannya. Paham ini di anut oleh golongan Mu`tazilah.
b. Jabbariyah
Berpaham bahwa perbuatan manusia diciptakan mutlak oleh tuhan dan manusia tidak berhak untuk menentukan perbuatannya tetapi manusia bertanggungjawab atas perbuatannya tersebut. Paham ini dianut oleh golongan Jahmiyyah dan khawarij.
c. Asy`ariyah dan Mathuridiyah
    Berpaham adanya konsep kasb yaitu perpaduan peran Tuhan dan manusia. Tuhanlah yang menciptakan dan manusia yang mengerjakan (meng-kasab). Paham ini dianut oleh golongan Ahlussunnah wal Jama`ah (sunni) dan sebagian syi`ah.
  1. Dalam memahami konsep takdir manusia ditentukan oleh kemampuannya dalam berfikir (intelegensi), pendidikan, latar belakang dan lingkungan

DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Ahmad.2003. Pengantar Teologi Islam. Jakarta: PT. Pustaka Al Husna.
------------------------. Theology Islam (Ilmu Kalam). Jakarta: Bulan Bintang.
Hirata, Andrea.2008. Sang Pemimpi. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.
Sunyoto, Agus.2004. Sang Pembaharu Perjuangan dan Ajaran Syaikh Siti Jenar.                   Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.
Tim PWNU. 2007. Aswaja An-Nahdliyah. Surabaya: Khalista.
                     


http://mycoret.blogspot.com/


[1]             
[2]                 Agus Sunyoto, Sang Pembaharu Perjuangan dan Ajaran Syaikh Siti Jenar, Yogyakarta: Lkis,2004,106
[3]               Andrea Hirata, Sang Pemimpi,Yogyakarta: Bentang, 2008,154
[4]               Tim PWNU, Aswaja An Nahdliyah, Surabaya: Khalista,2007,13
[5]               Andrea Hirata,Sang Pemimpi,Yogyakarta:Bentang,2008,127
[6]               A. Hanafi, M.A,Theology Islam(ilmu kalam),Jakarta:Bulan Bintang,2003,154
[7]               Lock Cit,128
[8]               ibid,79
[9]               ibid,81
[10]             ibid,182
[11]             ibid,143
[12]             Op Cit,156
[13]             Op Cit,147
[14]             ibid
[15]             ibid,208

Tidak ada komentar:

Posting Komentar