Pages

Jumat, 16 Desember 2011

tirai


siapakah Kau yang bersembunyi dibalik tirai?
siapakah Kau yang begitu mempesona yang bertahtakan kegaiban dan ketakjelasan?
Kau sembunyikan Diri-Mu dariku
dan kau bakar aku dengan silau cahaya-Mu
siapakah Engkau?
yang meleburkan aku dalam ke-Aku-an-Mu
yang memutar-mutar aku dalam ruang yang tak berbentuk yang penuh tapi kosong
betapa angkuhnya Kau diatas singgasana antahberantah
beristanakan ketakpahamanku
coretan ini bukankah itu bias-bias jejak yang Kau tinggalkan untukku?
tapi....ah
entahlah......
Kau ada dimana?
Kau ada,aku tahu itu,Kau ada,ya...Kau ada
Kau yang disana,di takmengertian dan jahilku
Kau yang jemari-Mu meliuk-liukan rumbai akuku
liahatlah
lihatlah tarianku
tarian untuk-Mu
tarian rinduku
pada-Mu

tadarus - gus mus

Bismillahirrahmanirrahim
Brenti mengalir darahku menyimak firmanMu

Idzaa zulzilatil-ardlu zilzaalahaa
Wa akhrajatil-ardlu atsqaalahaa
Waqaalal-insaanu maa lahaa
(ketika bumi diguncang dengan dasyatnya
Dan bumi memuntahkan isi perutnya
Dan manusia bertanya-tanya:
Bumi itu kenapa?)

Yaumaidzin tuhadditsu akhbaarahaa
Bianna Rabbaka auhaa lahaa
Yaumaidzin yashdurun-naasu asytaatan
Liyurau a’maalahum
(Ketika itu bumi mengisahkan kisah-kisahnya
Karena Tuhanmu mengilhaminya
Ketika itu manusia tumpah terpisah-pisah
‘Tuk diperlihatkan perbuatan-perbuatan mereka)
Faman ya’mal mitsqaala dzarratin khairan yarah
Waman ya’mal mitsqaala dzarratin syarran yarah
(Maka siapa yang berbuat sezarrah kebaikan
pun akan melihatnya
Dan siapa yang berbuat sezarrah kejahatan
pun akan melihatnya)

Ya Tuhan, akukah insane yang bertanya-tanya
Ataukah aku mukmin yang sudah tahu jawabnya?
Kulihat tetes diriku dalam muntahan isi bumi
Aduhai, akan kemanakah kiranya bergulir?
Diantara tumpukan maksiat yang kutimbun saat demi saat
Akankah kulihat sezarrah saja
Kebaikan yang pernah kubuat?
Nafasku memburu diburu firmanMu

Dengan asma Allah Yang Pengasih Penyayang
Wa’aadiyaati dlabhan
Falmuuriyaati qadhan
Fa-atsarna bihi naq’an
Fawasathna bihi jam’an
(Demi yang sama terpacu berdengkusan
Yang sama mencetuskan api berdenyaran
Yang pagi-pagi melancarkan serbuan
Menerbangkan debu berhamburan
Dan menembusnya ke tengah-tengah pasukan lawan)
Innal-insana liRabbihi lakanuud
Wainnahu ‘alaa dzaalika lasyahied
Wainnahu lihubbil-khairi lasyadied
(Sungguh manusia itu kepada Tuhannya
Sangat tidak tahu berterima kasih
Sunggung manusia itu sendiri tentang itu menjadi saksi
Dan sungguh manusia itu sayangnya kepada harta
Luar biasa)
Afalaa ya’lamu idza bu’tsira maa fil-qubur
Wahushshila maa fis-shuduur
Inna Rabbahum bihim yaumaidzin lakhabier
(Tidakkah manusia itu tahu saat isi kubur dihamburkan
Saat ini dada ditumpahkan?
Sungguh Tuhan mereka
Terhadap mereka saat itu tahu belaka!)

Ya Tuhan, kemana gerangan butir debu ini ‘kan menghambur?
Adakah secercah syukur menempel
Ketika isi dada dimuntahkan
Ketika semua kesayangan dan andalan entah kemana?
Meremang bulu romaku diguncang firmanMu

Bismillahirrahmaanirrahim
Al-Quaari’atu
Mal-qaari’ah
Wamaa adraaka mal-qaari’ah
(Penggetar hati
Apakah penggetar hati itu?
Tahu kau apa itu penggetar hati?)

Resah sukmaku dirasuk firmanMu

Yauma yakuunun-naasu kal-faraasyil-mabtsuts
Watakuunul-jibaalu kal’ihnil-manfusy
(Itulah hari manusia bagaikan belalang bertebaran
dan gunung-gunung bagaikan bulu dihambur-terbangkan)

Menggigil ruas-ruas tulangku dalam firmanMu

Waammaa man tsaqulat mawaazienuhu
Fahuwa fii ‘iesyatir-raadliyah
Waammaa man khaffat mawaazienuhu faummuhu haawiyah
Wamaa adraaka maa hiyah
Naarun haamiyah
(Nah barangsiapa berbobot timbangan amalnya
Ia akan berada dalam kehidupan memuaskan
Dan barangsiapa enteng timbangan amalnya
Tempat tinggalnya di Hawiyah
Tahu kau apa itu?
Api yang sangat panas membakar!)

Ya Tuhan kemanakah gerangan belalang malang ini ‘kan terkapar?
Gunung amal yang dibanggakan
Jadikah selembar bulu saja memberati timbangan
Atau gunung-gunung dosa akan melumatnya
Bagi persembahan lidah Hawiyah?
Ataukah, o, kalau saja maharahmatMu
Akan menerbangkannya ke lautan ampunan
Shadaqallahul’ Adhiem
Telah selesai ayat-ayat dibaca
Telah sirna gema-gema sari tilawahnya
Marilah kita ikuti acara selanjutnya
Masih banyak urusan dunia yang belum selesai
Masih banyak kepentingan yang belum tercapai
Masih banyak keinginan yang belum tergapai
Marilah kembali berlupa
Insya Allah Kiamat masih lama. Amien.

Rabu, 16 November 2011

REVOLUSI FISIKA


Penulis                                 : Gerry Van Klinken
Penerbit                              : Kepustakaan Populer Gramedia
Kota Terbit                          : Jakarta
Tahun Terbit                      : 2004
Tebal                                     : 186+XIV
Ilmu alam adalah proses, tak ada satupun ilmuwan yang berani mengatakan teorinya adalah mutlak benar. Sedang fisika sebagai pemimpin ilmu-ilmu alam lahir, tumbuh dan berkembang dari revolusi demi revolusi. Suatu teori yang sudah diyakini kebenarannya akan menghadapi perlawanan dan pemberontakan secara terus-menerus dari teori-teori baru yang menawarkan kebenaran walau kadang sulit diterima karena otak ilmuwan berbeda dengan otak orang kebanyakan. Selayaknya revolusi dan pemberontakan apapun pasti akan menghadapi perlawanan dari kaum konvensional yang ingin mempertahankan apa yang sudah ada atau dari orang yang sudah mendapat keuntungan dari teori lama dengan tak kalah kuat dari pemberontakan yang dilakukan. Siapa yang paling kuat mempertahankan pendapatnya tentang kebenaran dialah pemenang, dalam dunia Fisika, hukum rimba berlaku dikalangan ilmuwan.
Kadang kemenangan yang diperoleh tidak selamanya karena teori tersebut adalah benar dan objektif melainkan karena politik, kekuasaan bahkan yang mengatasnamakan agama. Kita semua tahu apa yang dilakukan gereja terhadap Galileo Galilei yang juga menimpa Ibnu Rusyd oleh kekhalifahan Abbasiyyah. Pertentangan Fisika tentang kebenaran hukum alam setua umur manusia itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan mengenai adaapa di atas langit ketika malam, apa itu cahaya, kenapa batu jatuh kebawah bahkan dari mana alam ini berasal mampu melahirkan Fisika. Fisika lahir dari rahim filsafat untuk berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dan ribuan pertanyaan lain yang muncul lebih banyak dari jawaban yang didapat karena satu jawaban akan menghasilkan seribu jawaban dibelakangnya, tetapi fisika mampu menemukan jati dirinya dan bercerai dengan filsafat dengan metode ilmiahnya.
Buku ini mengajak kita memahami revolusi demi revolusi dalam dunia fisika sejak masih menjadi bagian filsafat yaitu pada masa aristoteles sampai fisika kuantum. Dengan sepuluh bab dan satu epilog kita diajak memasuki labirin-labirin pergumulan dan perdebatan persoalan fisika dengan tak perlu menyeritkan dahi karena buku ini sangat minim rumus bahkan terkesan dihindari untuk menjelaskan hal-hal yang dirasa tidak perlu atau terlalu sulit karena diharapkan pembaca buku ini bukan saja dari kalangan pelajar atau mahasiswa yang mendalami fisika tetapi diharapkan pembaca awam dan dari kalangan apapun dapat menikmati perjalanan panjang fisika dan buku ini tidak melulu fisika dan fisika tetapi juga mencangkup filsafat, masyarakat, estetika dan agama.
Sejarah dunia yang masih mampu kita telusuri berawal dari perdebatan filosof yunani dilanjutkan mesopotamia, india dan cina kemudian islam dan berkembang amat pesat masa renaisance di eropa dan kini di seluruh dunia. Bangsa-bangsa yang besar adalah bangsa yang masyarakatnya mau berfikir menggunakan akalnya apapun nanti hasilnya. Begitupun fisika, ia hanya akan lahir, tumbuh dan berkembang untuk masyarakat yang tidak menganggurkan akal. Dengan mengetahui suasana dan proses penemuan ilmu yang trial and error maka diharapkan akan lahir ilmuwan-ilmuwan yang kreatif, itulah semangat dibalik buku ini. Tujuan buku ini tidaklah untuk dihafal data-datanya atau mengidolakan terhadap seorang ilmuwan.
Bumi ini dipahami sebagai pusat dari semua alam semesta (geosentris) bahkan pusatnya adalah manusia itu sendiri (antroposentris). Pendapat itu sudah diakui ribuan tahun bahkan dianggap sebagai kepercayaan oleh gereja. Bahkan Pada abad ke-9 islam dengan teori geosentrisnya menambahkan satu bola lagi diatas bintang-bintang atau diatas langit tingkat ketujuh yaitu Arasy atau Primum Mobile. Tanpa menyebut nama Allah, bola ini digambarkan sebagai Tangan (kekuasaan) Allah yang menggerakkan segalanya. Memang fisika dan segala cabangnya dahulu sangat terkait dengan agama atau kepercayaan sehingga kita tak perlu heran dengan adanya ilmu astrologi yang diakui oleh hampir semua bangsa dan agama.
Pada tahun 1543 terbit buku De Revolutionibus karya Copernicus yang merupakan tonggak awal revolusi demi revolusi dalam dunia fisika karena mampu mendobrak kemapanan berfikir masa itu bahkan ilmuwan-ilmuwan selanjutnya yang membawa estafet pemberontakan mengalami keadaan yang sangat memilukan seperti Galileo Galilei. Sejak saat itu alam yang dahulu penuh dengan keindahan dan mukjizat yang diterangkan filsafat dan agama menjadi semakin mekanis dan dapat dijelaskan dengan persamaan-persamaan yang sederhana. Pemberontakan itu membawa pengaruh bahwa kita dan bumi ini hanya debu kecil di tepian galaksi Bima Sakti (Milky Way) dan tak punya kelebihan yang mencolok, apalagi jika diliahat dari seluruh alam yang sampai saat ini belum diketahui tepinya maka galaksi ini hanya sekumpulan bintang yang sangat kecil. Hal inilah yang ditolak para filosof dan agamawan waktu itu bahkan sangat mungkin sampai sekarang. Alam yang mekanis dan matematis semakin kokoh di tangan Rene Descartes dengan fisafat mekanisnya dan puncaknya diduduki oleh sang raja fisika klasik Sir Isaac Newton yang merumuskan bahwa alam ini terdiri atas partikel, gerakan dan gaya. 
Tapi bukanlah fisika jika tak ada revolusi dan pemberontakan yang mengoreksi teori yang sudah mapan. Perdebatan demi perdebatan diceritakan sangat mencengangkan dalam buku ini. Bagaimana para ilmuwa mempercayai adanya eter untuk menjelaskan hakikat cahaya yang kemudian pertentangan dalam listrik dan magnet, dan tak ada seorang ilmuwanpun yang mampu memprediksikan ternyata listrik magnet mampu menjelaskan hakikat cahaya dan membuang teori eter. Pemberontakan terus dilakukan untuk menjelajahi kebenaran demi kebenaran alam sampai Einstein menggugat Newton yang mekanis. Dan sampai detik ini gugatan-gugatan seperti itu sangat ditunggu dari kalangan pemuda Indonesia, apakah pemuda Indonesia mampu?
Fisika membawa kita pada perjalanan dari yang serba gaib keranah mekanis dan sekarang menuju ke gerbang relativistik yang jauh lebih gaib. Tidak selamanya damai bahkan sejak zaman newton sudah dituntut sudut yang paling pas agar menghasilkan lemparan meriam terjauh. Hiroshima dan Nagasaki adalah contoh nyata betapa ilmu ini indah disatu sisi tetapi juga dapat sangat mematikan.
Kekurangan dari buku ini menurut kalangan fisika kurang jelas karena sangat sedikit persamaan matematik sadang dari kalangan non fisika dan matematika terlalu berputar-putar pada permasalahan yang sama. Akan tetapi buku ini sangat tepat untuk dibaca agar kita semakin tahu apa yang sudah dikerjakan oleh pendahulu-pendahulu kita sehingga kita mampu berterima kasih dan mampu menempatkan diri dimana kita sekarang berada dan bekerja keras agar mampu memberontak terhadap kemapanan agar kebenaran semakin dekat. Siap?












Erwin Arsadani Masruro
Pendidikan Fisika `08

Sujud Nisa di Kaki Tahajud Subuh


judul Buku                  :           Sujud Nisa di Kaki Tahajud Subuh
Pengarang                   :           Kartini Nainggolan
Editor                          :           Dalilah dan Elis Widayati
Penerbit                       :           DIVA Press ( Anggota IKAPI), Yogyakarta
Cetakan                       :           Pertama, oktober 2008
Tebal                           :           370 halaman
Makhluk-makhluk bergerak karena cinta, yaitu cinta oleh keabadian tanpa permulaan. Sebagaimana angin menari-nari digerakan kuasa semesta. Karena itu iapun bisa menggerakan pepohonan (Diwan-i Syams-i Tabris, Mullah Jalaluddin Rumi).
Sejalankah apa yang ditulis Rumi dengan rasio manusia dewasa ini, ketika kita memiliki pandangan bahwa yang menggerakkan kehidupan adalah perekonomia atau uang? Dengan uang produksi berjalan kemudian menyerap tenaga kerja sehingga daya beli masyarakat meningkat dan mendorong produksi, begitu seterusnya. Tetapi tampaknya Rumi tidaklah terlalu absurd dengan pandangannya di atas. Setidaknya hal ini sedang dibuktikan oleh Kartini Nainggolan melalui novelnya “Sujud Nisa di Kaki Tahajud Subuh”. Ketika uang bukanlah satu-satunya yang bisa disebut modal bagi manusia untuk seuatu yang sesuai fitrahnya yaitu akan bergerak dan terus bergerak atau dalam bahasa Al-Qur`an fantasyiru fi al-ard.
Cahaya cinta yang dibalut wangi kesabaran yang membaja mampu menerangi dengan seterang-terangnya titian tangga kerja keras, ikhtiar dan do`a. Dan tiada yang dihasilkan kecuali kehidupan yang manis direngkuh mesra oleh pelukan ridho Tuhan. Kartini Nainggolan berusaha mengajak kita untuk memasuki labirin dalam rongga kepala dan dada kita yang disitulah tempat kontemplasi kita detik demi detik dalam hidup, sehingga kita mau dan mampu merenung dan bermuhasabah terhadap semua nilai, ajaran dan kehidupan yang telah lama kita lupakan bahkan mungkin kita anggap usang. Kehidupan yang diajarkan oleh ibu-ibu kita, guru-guru ngaji kita, orang tua-orang tua yaitu pemecahan terhadap semua jenis masalah apapun namanya dengan dzikrullah, tetes air mata, do`a, munajat, kepasrahan total dan kesabaran yang terbingkai dalam suatu tarian sufistik yang bernama tahajud.
Kartini mencoba memasukan nilai-nilai tersebut baik secara eksplisit maupun implisit kepada kita melalui tokoh Nisa. Nisa dengan kehidupannya yang dikelilingi badai permasalahan, tebing kesulitan dan padang keputus asaan tetap bisa survive dengan keberanian luar biasa yang terpancar dari mata air tahajud dan terangkai dengan indah dengan cahaya subuh. Dengan masalah yang begitu kompleks dari ekonomi, keluarga, persahabatan, belajar dan karir sampai cinta yang tentu tak dapat dipisahkan dari adanya pengorbanan dan perjuangan yang begitu berat, baik itu dari materi maupun perasaaan bahkan keinginan yang begitu kuatpun harus ditanggalkan walau terasa berat dan teramat perih.
Model cerita novel ini sebenarnya masih mengandung tema sentral seperti novel-novel religi keluaran FLP lain seperti Ayat-Ayat Cintanya Habiburahman el-shirazy  ataupun Lelaki Kabut dan Boneka milik Helvi Tiana Rosa yaitu dakwah islam. Akan tetapi novel ini tetap mampu membawa desir angin yang berbeda. Dengan menggunakan  alur maju dan sudut pandang orang pertama menjelaskan bab demi bab kehidupan dari “aku” (Nisa).
Diawali dengan pilihan sulit dari tuntutan ayah dan ibu yang bertentangan yaitu antara kuliah dan bekerja. Tapi dengan rasa optimis yang dipompakan dari ayahnya, Nisa menguatkan dirinya untuk kuliah di Kota Gudeg Yogyakarta. Kota yang pada awalnya begitu ramah bagi Nisa dengan keberhasilannya memenangkan lomba penulisan novel ternyata mampu berputar balik menyeretnya memasuki suatu kehidupan yang oleh Kartini disebut “masa jahiliyah”. Ditengah-tengah kehidupan yang melalaikan Nisa itulah datang suatu hidayah yang begitu unik dan sangat berbeda dengan novel-novel lain sehingga mampu membawa Nisa hijrah ke jalan Ilahi. Kemudian separuh kedua dari cerita ini berisi kehidupan Nisa yang sarat akan penggambaran pribadi, watak, pemikiran dan kejiwaan Nisa yang dinaungi ridho Allah dalam perjuangan dakwahnya.
Jika Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dikatakan mampu memotivasi pembacanya yang dari segala generasi, maka sepertinya hal ini belum sepenuhnya di dapat oleh Sujud Nisa di Kaki Tahajud Subuh. Hal ini disebabkan, pertama, penggunaan bahasa yang masih dikatakan sederhana oleh penulis untuk menceritakan hal yang besar seperti waktu menceritakan Ais yang mengaku telah diperkosa. Kedua, pasar novel ini masih kurang membumi bahkan cenderung hanya untuk kalangan tertentu saja. Ketiga, adanya kesan yang kurang baik yang ditinggalkan kepada pembaca yaitu seputar penceritaan keluarnya Nisa dari MAPALA. Walau penulis sudah berulangkali menjelaskan argumennya tetapi agak kurang dimengerti maksud yang ingin disampaikan.
Diluar segala persoalan di atas, novel ini sesungguhnya memiliki potensi yang sangat bagus dalam membangun dunia sastra di tanah air. Jika penulis dapat menghindari hal-hal seperti di atas maka di harapkan mampu menghidangkan sajian yang mampu dimakan oleh semua lapisan masyarakat dan semua rasa dapat tersalurkan.
Akhirnya harus saya akui bahwa novel yang berangkat dari inspirasi yang kuat ini mampu menggugah, mencerahkan dan menyejukkan jiwa manusia ditengah keadaan yang gersang seperti sekarang ini. Oleh karena itu tunggu apalagi segera lengkapi perpustakaan anda. 




big bang

Semua gerak benda ditentukan oleh kondisi awal alam semesta ketika terjadi Big Bang. Selanjutnya hukum hukum alamlah yang bekerja.
Mulai dengan radiasi dominan dengan suhu sekitar 10 pangkat 40 derajat K, kemudian semseta mendingin karena pengembangannya, terjadi materi yang semuanya dalam keadaan bergerak, sehingga terjadi sistem matahari kita dengan kondisi dalam keadaan bergerak, secara keseluruhan sistem matahari dalam keadaan berputar seperti gerak planet yang sekarang beredar mengelilingi matahari yang geraknya terlalu dekat dengan matahari sudah tentu sudah tertelan oleh matahari. Demikian juga perputaran pada poros diakibatkan interaksi pada awal terjadinya sistem matahari.

materi referensi:


Tiga abad yang lalu tercatat suatu peristiwa penting dalam sejarah usaha manusia memahami kelakuan alam sekitarnya, khususnya dalam pengembangan ilmu fisika. Betapa tidak, di tahun 1687 terbit edisi pertama buku Principia karya Sir Isaac Newton (1642-1727), ilmuwan fisika-matematika kenamaan berkebangsaan Inggris. Dalam buku itu hukum gaya berat atau gravitasi diumumkan pengarangnya. Ia adalah hukum alam yang berperan sebagai kunci penyingkap tabir rahasia gejala berat, yang penuh teka-teki namun menarik dan menantang. Untuk mengenang tiga ratus tahun diumumkannya hukum ini, tulisan berikut mencoba memberi suatu tinjauan ulang ringkas mengenai latar belakang penemuannya, penerapannya (dalam astronomi) dan pula menunjuk akan keterbatasannya sebagai suatu teori fisika yang mendasar dan tuntas.

Andaikanlah, dalam tangan Anda tergenggam sebuah batu. Bila batu tersebut dilepaskan, Anda saksikan batu segera jatuh ke permukaan bumi. Sepintas lalu kejadian ini tidaklah aneh karena telah sering kita saksikan. Tetapi pernahkah timbul dalam pikiran Anda, mengapa batu tersebut selalu jatuh ke bawah menuju ke permukaan bumi dan tidak dalam arah sebaliknya atau tetap diam di tempatnya?

Pertanyaan di atas dan yang sejenisnya ternyata bukan pertanyaan sederhana karena telah melibatkan cukup banyak ilmuwan kenamaan abad 16 dan 17 dalam usaha untuk mendapatkan jawabannya. Bahkan tercatat bahwa Aristoteles, filsuf Yunani Kuno kenamaan di abad 4 sebelum Masehi terlibat pula dalam usaha pemahaman teka-teki alam ini. Dengan menerapkan cara pendekatan pemikiran rasional, yang dianut dewasa itu dalam usaha memahami kelakuan alam, Aristoteles tiba pada kesimpulan berikut. Bila dua benda yang beratnya tak sama, dilepaskan pada saat dan dari ketinggian yang sama, maka benda yang lebih berat akan terlebih dahulu menyentuh tanah.

Pendapat Aristoteles ini ternyata keliru. Namun karena kearistokratannya, pendapatnya ini dapat bertahan kurang lebih 20 abad untuk kemudian dikoreksi oleh Bapak Fisika Modern, Galileo Galilei (1564-1642), ilmuwan fisika berkebangsaan Italia. Meskipun Galileo berhasil mengoreksi pendapat Aristoteles ini, namun ia sendiri belum dapat memberikan jawaban kunci yang memuaskan terhadap pertanyaan kita di atas.

Newton menjawabnya

Ternyata baru menjelang berakhirnya abad ke-17 Sir Isaac Newton (1642-1727), seorang ilmuwan Inggris, berhasil menyingkap tabir teka-teki alam yang menarik perhatian itu. Mengenai penemuannya, ada sebuah lelucon menarik yang menceritakan, jawaban itu diperoleh ketika sebuah apel jatuh ke kepalanya sewaktu ia sedang merenungi masalah ini di bawah sebatang pohon apel di pekarangannya (apakah buah apel ini mengenai kepalanya, diragukan kebenarannya). Diceritakan, kejadian ini mengilhaminya untuk menemukan hukum yang kemudian terkenal dengan nama "Hukum Gaya Berat (Gravitasi) Newton (1687)".

Hukum ini menyatakan, dua benda yang terpisah oleh jarak tertentu cenderung tarik-menarik dengan gaya (atau kekuatan) alamiah yang sebanding dengan massa (atau ukuran kepadatan atau berat) masing-masing benda dan juga berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya.

Kembali ke pertanyaan kita di atas, terdapat dua benda yang saling mempengaruhi, yaitu Bumi dan batu kecil yang semula berada dalam tangan. Gaya atau kekuatan tarikan Bumi pada batu itu sebagaimana dinyatakan oleh hukum di atas disebut gaya berat atau gaya gravitasi atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan berat batu. Sebaliknya pun berlaku. Bumi ditarik oleh batu kecil itu dengan gaya atau kekuatan yang sama besar. Di sini jarak antara batu dan Bumi dihitung dari batu ke pusat Bumi yang berada sekitar 3.670 kilometer di bawah permukaan Bumi.

Nampaknya dengan bantuan Hukum Gaya Berat Newton ini, kita mulai sedikit memahami asal-usul penyebab jatuhnya batu kecil tersebut ke permukaan Bumi. Tetapi rasanya masih ada yang mengganjal apabila kita hendak menerapkan hukum ini secara langsung. Mengapa justru batu yang tertarik jatuh menuju ke permukaan Bumi dan bukan sebaliknya Bumi yang tertarik ke atas menuju batu kecil yang Anda lepaskan? Mengapa ini dijawab melalui Hukum Newton berikut dalam cabang ilmu fisika yang mengkhususkan pada permasalahan gerak dan penyebabnya, yaitu cabang mekanika.

Hukum Newton Kedua atau Hukum Gerak

Hukum ini dasarnya menyatakan hubungan antara gaya dan gerak yang menempatkan keduanya sebagai suatu hubungan sebab-akibat. Di sini gaya dikaitkan dengan kekuatan mendorong atau menarik yang berperan sebagai penyebab "perubahan gerak" sebuah benda. Atau lebih terinci lagi, gaya adalah penyebab perubahan besar kecepatan (laju) dan arah gerak (arah kecepatan) benda. Dan Hukum Newton kedua ini menyatakan, besarnya perubahan gerak benda yang secara pengukuran disebut percepatan berbanding terbalik dengan massa benda itu dan berbanding lurus dengan gaya penyebabnya. Besaran massa di atas, yang samar-samar pengertiannya, dapat disetarakan dengan berat benda (ingat Hukum Gaya Berat Newton) dan secara fisika merupakan ukuran keengganan benda untuk mengubah keadaan gerak semula. Jadi secara fisika hukum ini menyatakan, benda yang massanya lebih besar (atau lebih berat) enggan sekali mengubah keadaan geraknya semula sedangkan yang jauh lebih kecil massanya (jadi lebih ringan) memperlihatkan perilaku yang lebih luwes. Dengan demikian, benda yang massanya besar sekali, bila semula berada dalam keadaan diam, cenderung untuk tetap berada dalam keadaan diam.

Nah, pada masalah kita di atas, massa bumi jauh lebih besar daripada massa batu kecil itu. Dengan demikian terungkaplah sekarang secara jelas bagi kita apa penyebabnya tertariknya batu kecil itu (melalui Hukum Gaya Berat Newton) dan mengapa jatuhnya haruslah ke permukaan Bumi (melalui Hukum Gerak Newton).

Sistem Ptolemaeus dan Kopernik

Sebelum abad 15 para ilmuwan astronomi menganut pandangan yang menyatakan bahwa Bumi adalah pusat jagat raya dan semua benda langit bergerak mengelilinginya. Sistem jagat raya dalam pandangan ini disebut sistem Ptolemaeus untuk menghormati ilmuwan astronomi Mesir kuno kenamaan yang pertama kali secara tertulis mengumumkan pandangan di atas dalam abad ke-2 sebelum Masehi. Pandangan Ptolemaeus ini memang sesuai dengan apa yang kita amati, dan memang tidak ada yang salah dalam pandangan ini. Akan tetapi bila sistem Ptolemaeus digambarkan di atas kertas, maka gerak benda langit menjadi sulit dan rumit untuk ditelusuri.

Barulah menjelang pertengahan abad 16 seorang ilmuwan astronomi berkebangsaan Polandia, Nicolaus Kopernik (1473-1543) mengemukakan, gerak benda langit akan menjadi lebih sederhana apabila Matahari yang dipandang sebagai pusat jagat raya. Secara tegas ia mengatakan, bukan Matahari yang bergerak mengelilingi Bumi seperti dalam pandangan Ptolemaeus yang dianut selama itu, tetapi justru sebaliknya, Bumilah bersama benda langit lainnya yang bergerak mengelilingi Matahari.

Karena dalam sistem Kopernik gerak benda langit tampak menjadi lebih sederhana dan pula memudahkan pengelompokan keluarga benda langit secara bersistem, maka sejak diumumkannya pandangan ini para ilmuwan astronomi segera beralih ke pandangan Kopernik. Dalam pandangan Kopernik ini para ilmuwan kemudian mengemukakan apa yang dikenal dengan Sistem Tata Surya, yaitu kelompok atau keluarga benda langit yang bergerak mengelilingi Matahari.

Orbit planet

Khusus mengenai peredaran Bumi kita beserta sejumlah planet lain mengelilingi Sang Surya. Tycho Brahe (1546-1601), seorang ilmuwan astronomi kenamaan berkebangsaan Denmark, secara tekun berhasil mengumpulkan data pengamatan yang cukup lengkap mengenai perubahan kedudukan planet pada saat-saat tertentu terhadap Matahari. Data ini kemudian dipelajari oleh salah seorang muridnya yang terkenal, Johanes Kepler (1571-1630). Berkat ketekunannya selama dua puluh tahun, akhirnya Kepler memperoleh kesimpulan menarik berikut: orbit atau garis edar planet ternyata bentuknya tidaklah sembarang tetapi berupa suatu jorong atau elips dengan Sang Surya berada pada salah satu titik apinya. Kesimpulannya ini dikenal sebagai Hukum Orbit.

Orbit planet yang berbentuk elips dapat kita gambarkan seperti pada gambar 1 yang memperlihatkan Matahari berada pada salah satu titik apinya, M. Disamping itu Kepler menemukan pula hukum periode.

Kepler juga menemukan hukum lain yang mengukur perubahan besar kecepatan planet selama geraknya mengelilingi Matahari, yang dikenal sebagai hukumnya yang ketiga. Ketiga Hukum Kepler di atas mengungkapkan suatu kenyataan alam yang sungguh menarik yang sama sekali tidak diduga sebelumnya. Tetapi mengapa gerak planet mengitari Sang Surya ini harus tunduk kepada Ketiga Hukum Kepler?

Kembali Newton menjawab

Ketiga Hukum Kepler di atas diumumkan antara tahun 1609 dan 1619, jadi jauh sebelum Isaac Newton dilahirkan secara prematur pada tanggal 25 Desember 1642. Pertanyaan di atas ternyata baru terjawab oleh Teori Gaya Berat Newton yang mengungkapkan adanya gaya tarik Matahari pada planet yang massanya jauh lebih kecil dibandingkan dengan massa Matahari, dan oleh hukum geraknya yang menerangkan bagaimana perubahan gerak planet akibat pengaruh gaya berat ini.

Jadi gaya berat inilah yang berperan mengubah keadaan gerak planet dari keadaan geraknya yang semula cenderung diam atau bergerak dengan kecepatan tetap sepanjang garis lurus. Hukum gerak selanjutnya menerangkan, planet pada saat semula tidak boleh dalam keadaan diam karena bila demikian, planet yang bersangkutan akan tertarik dan jatuh ke permukaan Matahari. Jadi ia tentulah bergerak dengan kecepatan awal tertentu terhadap Matahari dan tentulah menyimpang dari arah yang menuju kedudukan Matahari. Maka dalam keadaan gerak yang demikian, lintasan atau garis edarnya dapat berupa salah satu dari keempat irisan kerucut berikut yakni lingkaran, elips, hiperbola atau parabola.

Bahwa planet ternyata bergerak dalam orbit elips dan tidak dalam bentuk irisan kerucut lainnya,

Dipilih oleh Suara Terbanyak


Pengaruh akibat Rotasi Bumi
1. Pergantian Siang dan malam
2. Perbedaan waktu
3. Perbedaan percepatan gravitasi bumi
4. pembelokan arah angin
5. pembelokan arus laut
6. peredaran semu harian benda-benda langit
Pengaruh akibat Revolusi Bumi
1. Pergantian musim
2. perbedaan lamanya siang dan malam
3. Gerak semu matahari
4. Terlihatnya rasi bintang yang berbeda dari bulan ke bulan
5. Pergantian tahun masehi