Abdul Mughits
A. ISTILAH-ISTILAH DASAR:
1. Lintang Tempat (Lintang Geografis; ‘Urdhul Balad) (φ) (Lihat Tabel)
Sebelum ke definisi, perlu diliustrasikan sebagai berikut: antara kutub utara dan kutub selatan bumi terdapat garis yang melingkari bumi, dengan jarak ke utara dan ke selatannya sama. Garis yang melingkari bumi ini disebut garis Katulistiwa (Khaththul Istiwa’) atau Equator bumi. Artinya Katulistiwa ini membelah bumi menjadi dua, yakni belahan bumi bagian utara yang bertanda positif (+) dan belahan bumi bagian selatan yang bertanda negative (-). Garis-garis yang sejajar dengan Katulistiwa kemudian disebut dengan garis-garis lintang, sehingga setiap orang yang berdiri di permukaan bumi secara otomatis dia berdiri pada suatu Garis Lintang. Sehingga garis yang melewati suatu tempat disebut Garis Lintang Tempat.
Kemudian jarak busur antara Equator sampai kepada suatu garis lintang diukur sepanjang garis meridian disebut Lintang Tempat atau Lintang Geografis atau ‘Urdhul Balad yang dalam astronomi dilambangkan φ (phi).
Sehingga nilai φ ini hanya berkisar antara +0o sampai +90o untuk belahan utara, dan -0o sampai -90o untuk belahan selatan. Nilai 0o terletak di sepanjang Katulistiwa, nilai +90o terletak di titik kutub utara dan nilai -90o di titik kutub selatan.
2. Bujur Tempat (Bujur Geografis; Thulul Balad) (λ) (Lihat Tabel)
Sebelumnya, diilustrasikan sebagai berikut: di bumi ini dibelah oleh suatu garis yang membujur antara titik kutub utara dan titik kutub selatan dan garis itu terus bersambung dengan melingkari bumi. Misalnya, startnya dari kutub utara, terus melewati tempat kita berdiri, terus sampai ke kutub selatan, terus tanpa belok sampai ke kutub utara kembali. Garis yang membujur ini dan semua garis yang sejajar dengannya (sama-sama membujur utara-selatan) disebut dengan Garis Bujur. Sedangkan garis yang melingkari bumi dengan arah membujur utara-selatan tersebut disebut Lingkaran Bujur atau Lingkaran Meridian atau Meridian saja.
Garis Bujur yang Istimewa adalah garis bujur yang melewati kota Greenwich (London, Inggris) dan garis bujur Greenwich ini dijadikan pangkal ukur dalam pengukuran bujur tempat, sehingga nilainya 0o. Garis bujur yang melewati kota Greenwich yang melingkari bumi ini membelah bumi menjadi dua bagian, yakni belahan Timur yang bertanda positif (+) dan belahan Barat yang bertanda negatif (-).
Sehingga, Bujur Tempat adalah jarak antara garis bujur yang melewati Greenwich sampai garis bujur yang melewati suatu tempat yang diukur sepanjang Equator. Bujur Tempat atau Bujur Geografis atau Thulul Balad dalam astronomi dilambangkan λ.
Nilai λ berkisar antara +0o sampai +180o untuk belahan Timur yang diukur dari garis Bukur Greenwich, dan antara -0o sampai -180o untuk belahan Barat yang diukur dari garis bujur yang melewati Greenwich. Garis Bujur +180o atau -180o ini melewati lautan Altantik yang kemudian dijadikan Batas Tanggal (International Date Line atau IDL). IDL yang melewati lautan luas Atlantik ini menjadi kesepakatan internasional dan dipilih agar tidak berisiko kalau dijadikan batas tanggal pergantian hari karena tidak berpenghuni manusia sebagaimana daratan, kecuali hanya pulau-pulau kecil.
Untuk belahan Timur harinya lebih dulu daripada belahan Barat, selisih satu hari saja.
3. Deklinasi Matahari (Mailusy Syams)(δo) (Lihat Tabel)
Deklinasi Matahari (δo) adalah jarak sepanjang lingkaran deklinasi dihitung dari equator sampai matahari. Apabila matahari berada di sebelah utara equator maka deklinasi matahari bertanda positif (+), jika berada di sebelah selatan equator maka deklinasi matahari bertanda negatif (-). Nilai deklinasi matahari ini antara +0o sampai +23o 27’ untuk deklinasi utara equator, dan antara -0o sampai -23o27’ untuk deklinasi selatan equator. Secara berurutan, nilai deklinasi matahari adalah sebagai berikut:
21 Maret = δo berimpit dengan garis equator 0o
28 Mei = δo berimpit dengan lintang ka’bah (φ = 21o25’ LU)
21 Juni = δo terbesar (terjauh dari equator) di sebelah utara (+23o27’)
16 Juli = δo berimpit dengan lintang ka’bah (φ = 21o25’ LU)
23 September = δo berimpit dengan garis equator 0o
28 Februari = δo berimpit dengan lintang Yogyakarta (φ = 7o48’ LS)
22 Desember = δo terbesar (terjauh dari equator) di sebelah selatan (-23o27’)
12-13 Oktober = δo berimpit dengan lintang Yogyakarta
21 Maret = δo berimpit dengan garis equator 0o
Nilai δo dalam setiap harinya berubah-rubah dan perubahan itu dapat dilihat dalam tabel-tabel Almanak Neutika, Ephemeris, atau tabel terlampir. Nilai δo ini dapat dihitung dengan rumus:
Sin δo = sin Bujur Astronomi Matahari x sin [Obliquity]
Obliqutiy (Mail Kulli) adalah harga δo terbesar, yakni +23o27’ pada tanggal 21 Juni (utara) dan -23o27’ pada tanggal 22 Desember (selatan).
4. Equation of Time (Ta’dilul Waqti/Ta’diluz Zaman) (e) (Lihat Tabel)
Equation of Time (e) adalah perata waktu, yakni selisih waktu antara waktu matahari hakiki dengan waktu matahari rata-rata (pertengahan).
Waktu matahari hakiki adalah waktu yang berdasarkan perputaran bumi pada sumbunya yang dalam sehari-semalam tidak tentu 24 jam, melainkan kadang kurang kadang lebih dari 24 jam. Hal itu disebabkan karena garis peredaran bumi mengelilingi matahari (revolusi) itu tidak bulat sempurna, melainkan berbentuk ellips (lonjong=bulat telur), sehingga suatu saat bumi itu dekat dengan matahari (Perehelium/Hadhidh) yang menyebabkan gaya grafitasinya menjadi lebih kuat, sehingga rotasi bumi dalam sehari-semalam menjadi lebih cepat yang kurang dari 24 jam. Sebaliknya, ketika bumi dekat dengan matahari (Aphelium/Auj) menyebabkan gaya grafitasi berkurang, sehingga rotasi bumi dalam sehari semalam menjadi lebih lambat lebih dari 24 jam.
Data e ini dalam setiap harinya berubah-ubah dan dapat dilihat dalam tabel Almanak Neutika, Ephemeris atau tabel terlampir. Nilai e ini juga dapat dihitung dengan rumus:
e = Waktu Hakiki – Waktu Rata-rata Waktu Rata-rata = Waktu Hakiki - e
Nilai e terbesar adalah +00j15m57d (tgl 25 Oktober), sedangkan nilai terkecilnya -00j14m16d (tgl 10-12 Februari)
5. Meridian Pass (MP)
Meridian Pass (MP) adalah waktu pada saat matahari tepat di titik kulminasi atas atau tepat di meridian langit menurut waktu pertengahan (rata-rata) yang menurut waktu hakiki saat itu menunjukkan tepat pukul jam 12 siang. Rumus MP adalah:
MP = 12j - e
Dimana e = equation of time
Dalam ilmu falak, MP ini sangat penting karena menjadi pangkal ukur selama sudut waktu.
6. Waktu Setempat atau Local Mean Time (LMT)
Waktu Setempat (LMT) adalah waktu pertengahan menurut bujur tempat di suatu tempat, sehingga sebanyak bujur tempat di muka bumi ini sebanyak itu pula waktu pertengahannya.
Contoh soal: Saat ini Yogyakarta pukul 12.30 LMT, pada saat yang sama, pukul berapakah untuk Surabaya dan Jakarta.
Jawab: Langkah pertama dicari selisih waktunya dulu antara dua tempat dengan cara mencari selisih bujur antara keduanya. Dari Selisih bujur : 15 = selisih waktu. Untuk tempat yang berada di sebelah timur waktunya lebih dulu daripada tempat di sebelah baratnya (karena bumi berputar pada porosnya ke arah Timur).
Selisih Bujur Yogyakarta – Jakarta = 110o21’ – 106o49’= 3o32’
Selisih Waktu Yogyakarta – Jakarta = 3o32’ : 15 = 0j14m8d atau 00:14:08
Jika Yogyakarta pukul 12.30 LMT maka Jakarta 12:30 - 00:14:08 = 12:15:52 LMT
Selisih Bujur Surabaya - Yogyakarta = 112o45’ – 110o21’= 2o24’
Selisih Waktu Surabaya – Yogyakarta = 2o24’ : 15 = 00:09:36
Jika Yogyakarta Pukul 12.30 LMT, maka Surabaya 12:30 + 00:09:36 = 12:39:36 LMT
Selisih waktu antara dua tempat ini sering disebut dengan Interpolasi Waktu (Inter).
7. Waktu Daerah
Waktu Daerah adalah waktu yang diberlakukan untuk satu wilayah bujur tempat tertentu, sehingga dalam satu wilayah bujur ybs hanya berlaku satu waktu daerah. Oleh karena itu daerah dalam satu wilayah itu disebut Daerah Kesatuan Waktu.
Pembagian wilayah daerah kesatuan waktu pada dasarnya berdasarkan pada kelipatan bujur tempat 15o (dari 360o : 24 jam) yang dihitung mulai bujur tempat yang melewati kota Greenwich (λ = 0o).
Berdasarkan Keputusan Presiden RI (Soeharto) No. 41 Tahun 1987 tanggal 26 Nopember 1987 (mencabut Kepres nomor 243 tahun 1963) wilayah Indonesia dibagi atas tiga daerah waktu, yaitu:
a. Waktu Indonesia Barat (WIB) yang berpedoman garis bujur (daerah) 105o BT (GMT + 7 jam), meliputi:
1) Seluruh Propinsi Daerah Tingkat I Sumatra
2) Seluruh Propinsi Daerah Tingkat I Jawa dan Madura
3) Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Barat
4) Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah
b. Waktu Indonesia Tengah (WITA) yang berpedoman garis 120o BT (GMT + 8 jam), meliputi:
1) Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Timur
2) Propinsi Daerah Tingkat I Selatan
3) Propinsi Daerah Tingkat I Bali
4) Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat
5) Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur
6) Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur (dulu)
7) Seluruh Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi
c. Waktu Indonesia Timur (WIT) yang berpedoman pada garis 135o BT (GMT + 9 jam), meliputi:
1) Propinsi Daerah Tingkat I Maluku
2) Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya
Dengan menggunakan waktu daerah ini, sehingga untuk semua wilayah yang masih dalam satu daerah waktu menunjukkan jam yang sama meskipun bujur tempatnya berbeda-beda. Misalnya: Jika saat ini Banyuwangi pukul 12:30, maka untuk kota Yogyakarta, Jakarta dan Nangroe Aceh juga sedang pukul 12:30, karena masih dalam satu wilayah daerah waktu.
Sedangkan antara wilayah daerah waktu WIB-WITA-WIT selisihnya 1 jam dengan daerah waktu di sebelahnya. Misalnya WIB saat ini pukul 12.30 maka WITA pukul 13.30 dan WIT pukul 14.30.
Catatan: untuk wilayah yang berada di sebelah timurnya, waktunya lebih dulu daripada yang di sebelah baratnya: WIT lebih dulu 1 jam daripada WITA; WITA lebih dulu 1 jam daripada WIB.
8. Interpolasi Waktu (Inter)
Pada dasarnya, Interpolasi Waktu (Inter) adalah selisih waktu antara dua tempat yang berbeda bujur tempatnya (selisih bujur : 15 = selisih waktu). Dengan kata lain adalah waktu yang digunakan oleh matahari hayalan mulai saat berkulminasi atas di suatu tempat sampai ia berkulminasi atas di tempat lain. Kaitannya dengan waktu daerah, Inter adalah koreksi waktu ketika akan merubah waktu setempat (pertengahan) menjadi waktu daerah. Inter ini dapat diperoleh dengan rumus:
Interpolasi Waktu = (λ – λD) : 15
Sehingga rumus untuk:
Waktu Daerah = Waktu Setempat - Inter
λ = Bujur Tempat
λD = Bujur Daerah (WIB = 105o: WITA = 120o; WIT = 135o)
Setiap Inter untuk daerah-daerah di sebelah baratnya λD adalah negatif, maka dibiarkan saja negatif dalam penggunaannya ke dalam rumus-rumus.
9. Tinggi Matahari (Irtifa’usy Syams; Hight of Sun)(ho)
Tinggi Matahari (ho) adalah jarak busur sepanjang lingkaran vertikal yang dihitung dari ufuk sampai matahari. Jika matahari berada di atas ufuk atau sepanjang siang maka tinggi matahari tersebut bertanda positif (+), sebaliknya jika matahari berada di bawah ufuk atau sepanjang malam maka tinggi matahari bertanda negatif (-). Nilai tinggi matahari ini antara +0o sampai +90o untuk posisi matahari di atas ufuk dan -0o sampai -90o untuk posisi matahari di bawah ufuk.
10. Sudut Waktu Matahari (Fadhluld Da’ir)(to)
Sudut Waktu Matahari (to) adalah busur sepanjang lingkaran harian matahari dihitung dari titik kulminasi atas sampai matahari berada. Dengan kata lain adalah sudut pada kutub langit selatan atau utara yang diapit oleh garis meridian dan lingkaran deklinasi yang melewati matahari.
Nilai sudut waktu ini antara +0o sampai +180o. Nilai 0o ketika matahari berada di titik kulminasi atas atau tepat di meridian langit, sedangkan nilai +180o ketika matahari berada di titik kulminasi bawah.
Apabila matahari berada di sebelah barat meridian atatu di belahan langit sebelah barat maka sudut waktu bertanda positif (+), sebaliknya jika berada di sebelah timur meridian atau di belahan langit sebelah timur maka sudut waktu matahari bertanda negative (-).
Harga sudat waktu matahari dapat dihitung dengan rumus:
Cos to = - tan φ . tan δo + sin ho : cos φ : cos δo
Dimana:
to = Sudut Waktu Matahari
φ = Lintang Tempat
δo = Deklanasi Matahari
ho = Tinggi Matahari pada awal waktu shalat
11. Ikhtiyati
Ikhtiyati (pengaman) adalah suatu langkah pengaman dalam perhitungan awal waktu shalat dengan cara menambah atau mengurangi sebesar 1 – 2 menit waktu dari hasil perhitungan yang sebenarnya. Untuk perhitungan waktu sholat yang ditambah Ikhtiyat adalah Duhur, Asar, Magrib, Isya’, Subuh, dan Duha. Untuk waktu yang dikurangi Ikhtiyat adalah Imsak dan Terbit (Syuruq), sebagai batas akhir shalat subuh.
Ikhtiyat ini dimaksudkan:
· agar hasil perhitungan mencakup daerah-daerah sekitarnya, terutama yang berada di sebelah baratnya. @ menit = + 27.5 km.
· pembulatan dari satuan detik ke menit agar lebih mudah dalam penulisannya
· sebagai koreksi atas kesalahan dalam perhitungan dan menambah keyakinan bahwa waktu shalat sudah benar-benar masuk.
B. RUMUS HISAB WAKTU SHOLAT
1. Dhuhur : MP – Inter + Ikhtiyat 2. Asar : MP + (t:15) - Inter + Ikhtiyat 3. Maghrib : MP + (t:15) – Inter + Ikhtiyat 4. Isya’ : MP + (t:15) – Inter + Ikhtiyat 5. Subuh : MP – (t:15) – Inter + Ikhtiyat 6. Imsak : MP – (t:15) – Inter – Ikhtiyat 7. Terbit : MP – (t:15) – Inter – Ikhtiyat 8. Dhuha : MP – (t:15) – Inter + Ikhtiyat
Rumus t (Sudut Waktu Matahari):
Cos to = - tan φ . tan δo + sin ho : cos φ : cos δo
Sedangkan ho (Tinggi Matahari):
Waktu Shalat | (ho) |
hDhuhur | - |
hAsar | Dg Rumus |
hMaghrib | -1o |
hIsya’ | -18o |
hSubuh | -20o |
hImsak | -22o |
hTerbit | -1o |
hDhuha | +3o30’ |
Rumus hAsar :
Cotan hAsar = (tan [φ - δo]) + 1
Untuk hMagrib dianjurkan sekali dihitung dengan rumus, terutama untuk hisab awal bulan Qamariyyah. Rumusnya adalah:
hMagrib= -(SDo + Refraksi + Dip)
SDo = Semi diameter matahari adalah jarak titik pusat matahari dengan piringan luarnya
= 00o16’00”
Refraksi = Selisih antara tinggi benda langit yang sesungguhnya dengan yang terlihat
akibat pembiasan sinar.
= 00o34’30”
Dip = Selisih antara kerendahan ufuk hakiki dengan ufuk mar’i
= 0,0293 . √ tinggi tempat (meter)
Tetapi kalau untuk awal waktu shalat Maghrib cukup dengan hMagrib = -1o:
C. DATA YANG DIBUTUHKAN
1. Tentukan lokasi dan tanggal
2. φ = Lintang Tempat (Tabel)
3. λ = Bujur Tempat (Tabel)
4. δo = Deklinasi Matahari (Tabel)
5. e = Equation of Time (Tabel)
6. MP = Meridian Pass = 12j – e
7. Inter = Interpolasi Waktu = (λ - λD) : 15
8. ho = Tinggi Matahari (Tabel, kecuali Asar)
9. t : 15 = Sudut Waktu Matahari : 15
Catatan:
1. Dibedakan dalam menulis laporan perhitungan antara satuan derajat dengan satuan waktu. Contoh yang menggunakan satuan derajat adalah data φ, λ, δo, dan ho. Sedangkan yang menggunakan satuan waktu adalah data e, MP dan Inter.
Contoh penulisan: - Satuan derajat = -7o 48’30”
- Satuan waktu = 12j15m30d atau 12:15:30
2. Untuk data e (Equation of Time) kolomnya hanya terdiri dari menit dan detik, jadi tidak ada kolom jam. Tetapi dalam memasukkan data dengan kalkulator, kolom jam harus ditulis dengan angka 0. Contoh e tanggal 15 Mei = dalam tabel hanya tertulis +03m40d, tetapi dalam memasukkan data tersebut dengan kalkultor maka menjadi 00j03m40d, karena kalau langsung menekan angka 03 40, maka menjadi kolom jam dan menit.
D. CONTOH HISAB AWAL WAKTU SHALAT:
Hisab awal waktu shalat untuk Kota Yogyakarta tanggal 15 Nopember:
Data yang dibutuhkan:
1. Lokasi: Yogyakarta, tanggal 15 Nopember
2. φ = -7 o 48’ (LS) (Tabel)
3. λ = 110 o 21’ (BT) (Tabel)
4. δo = -18 o 33’ 32” (Tabel)
5. e = 00j 15m 25d (Tabel)
6. MP = 12j – e
= 12j – 00j 15m 25d
= 11j 44m 35d
7. Inter = (λ - λD) : 15
= (110o 21’ – 105o) : 15
= 5o 21’ : 15
= 00j 21m 24d
8. ho =
Waktu Shalat | (ho) |
hDhuhur | - |
hAsar | +40o 02’ 28.15” Dg rumus (lihat proses di bawah) |
hMaghrib | -1o |
hIsya’ | -18o |
hSubuh | -20o |
hImsak | -22o |
hTerbit | -1o |
hDhuha | +3o30’ |
Cotan hAsar = (tan [φ - δo]) + 1
= (tan [-7o 48’ – (-18 o 33’ 32”)]) + 1
= (tan 10o 45’ 32”) + 1
= 0,190016669 + 1
= 1,190016669
Tan hAsar = 1: 1,190016669
= 0,840324363
hAsar = 40,04115379 atau 40o 02’ 28.15”
9. t : 15,
Rumus mencari t adalah Cos to = - tan φ . tan δo + sin ho : cos φ : cos δo
· Cos tAsar = - tan φ . tan δo + sin hAsar : cos φ : cos δo
= - tan -7o48’ X tan-18o33’32” + sin40o02’28.15”: cos-7o48’: cos -18 o33’32”
= 0,638975295
t = 50,28454779
t :15 = 03j 21m 8,29d
· Cos tMghrb= - tan φ . tan δo + sin hMgrb : cos φ : cos δo
= - tan -7o 48’ X tan -18 o 33’ 32” + sin -1o : cos -7o 48’: cos -18 o 33’ 32”
= - 0.064572155
t = 93.70228784
t :15 = 06j 14m 48.55d
· Cos tIsya’ = - tan φ . tan δo + sin hIsya’ : cos φ : cos δo
= - tan -7o 48’ X tan -18 o 33’ 32” + sin -18o : cos -7o 48’: cos -18 o 33’ 32”
= - 0.375002856
t = 112.0244894
t : 15 = 07j 28m 5.88d
· Cos tSubuh = - tan φ . tan δo + sin hSubuh : cos φ : cos δo
= - tan -7o 48’ X tan -18 o 33’ 32” + sin -20o : cos -7o 48’: cos -18 o 33’ 32”
= - 0.410141522
t = 114.2137253
t : 15 = 07j 36m 51.29d
· Cos tImsak = - tan φ . tan δo + sin hImsak : cos φ : cos δo
= - tan -7o 48’ X tan -18 o 33’ 32” + sin -22o : cos -7o 48’: cos -18 o 33’ 32”
= - 0.444836526
t = 116.4128802
t : 15 = 07j 45m 39.09d
· Cos tTerbit = - tan φ . tan δo + sin hTerbit : cos φ : cos δo
= - tan -7o 48’ X tan -18 o 33’ 32” + sin -1o : cos -7o 48’: cos -18 o 33’ 32”
= - 0.064572155
t = 93.70228784
t : 15 = 06j 14m 48.55d
· Cos tDhuha = - tan φ . tan δo + sin hDhuha : cos φ : cos δo
= - tan -7o 48’ X tan -18 o 33’ 32” + sin 03o 30’: cos -7o 48’: cos -18 o 33’ 32”
= 0.019008309
t = 88.91083851
t : 15 = 05j 55m 38.6d
Kemudian data di atas dimasukkan ke dalam rumus:
1. Dhuhur : MP – Inter + Ikhtiyat
MP = 11j 44m 35d
Inter. = 00j 21m 24d -
11j 23m 11d
Ikhtiyati = 00j 01m 49d +
11j 25m 00d (WIB)
2. Asar : MP + (t:15) - Inter + Ikhtiyat
MP = 11j 44m 35d
t : 15 = 03j 21m 8,29d +
15j 05m 43.29d
Inter. = 00j 21m 24d -
14j 44m 19.29d
Ikhtiyati = 00j 01m 40.71d +
14j 46m 00d (WIB)
3. Maghrib : MP + (t:15) – Inter + Ikhtiyat
MP = 11j 44m 35d
t : 15 = 06j 14m 48.55d +
17j 59m 23.55d
Inter. = 00j 21m 24d -
17j 37m 59.55d
Ikhtiyati = 00j 01m 0.45d +
17 39m 00d (WIB)
4. Isya’ : MP + (t:15) – Inter + Ikhtiyat
MP = 11j 44m 35d
t : 15 = 07j 28m 5.88d +
19j 12m 40.88d
Inter. = 00j 21m 24d -
19j 34m 4.88d
Ikhtiyati = 00j 01m 55.12d +
19j 36m 00d (WIB)
5. Subuh : MP – (t:15) – Inter + Ikhtiyat
MP = 11j 44m 35d
t : 15 = 07j 36m 51.29d -
04j 07m 43.71d
Inter. = 00j 21m 24d -
03j 46m 19.71d
Ikhtiyati = 00j 01m 40.29d +
03j 48m 00d (WIB)
6. Imsak : MP – (t:15) – Inter – Ikhtiyat
MP = 11j 44m 35d
t : 15 = 07j 45m 39.09d -
03j 58m 55.91d
Inter. = 00j 21m 24d -
03j 37m 31.91d
Ikhtiyati = 00j 01m 31.91d -
03j 36m 00d (WIB)
7. Terbit : MP – (t:15) – Inter – Ikhtiyat
MP = 11j 44m 35d
t : 15 = 06j 14m 48.55d -
05j 29m 46.45d
Inter. = 00j 21m 24d -
05j 08m 22.45d
Ikhtiyati = 00j 01m 22.45d -
05j 07m 00d (WIB)
8. Dhuha : MP – (t:15) – Inter + Ikhtiyat
MP = 11j 44m 35d
t : 15 = 05j 55m 38.6d -
05j 48m 56.4d
Inter. = 00j 21m 24d -
05j 27m 32.4d
Ikhtiyati = 00j 01m 27.6d -
05j 29m 00d (WIB)
LEMBAR KERJA HISAB AWAL WAKTU SHALAT
Nama Hasib :
Data yang dibutuhkan:
1. Lokasi: Yogyakarta, tanggal 15 Nopember
2. φ = …………………… (Tabel)
3. λ = …………………… (Tabel)
4. δo = ……………………. (Tabel)
5. e = …………………… (Tabel)
6. MP = 12j – e
= 12j – ………………
= …………………….
10. Inter = (λ - λD) : 15
= (…………..– ……) : 15
= ……………………: 15
= ……………………..
11. ho =
Waktu Shalat | (ho) |
hDhuhur | - |
hAsar | …………………….. Dg rumus (lihat proses di bawah) |
hMaghrib | -1o |
hIsya’ | -18o |
hSubuh | -20o |
hImsak | -22o |
hTerbit | -1o |
hDhuha | +3o30’ |
Cotan hAsar = (tan [φ - δo]) + 1
= (tan […………..–…………….]) + 1
= (tan………………) + 1
= ………………….+ 1
= 1,………………..
Tan hAsar = 1: 1,………………
= ……………………
hAsar = ……………………atau …………………..
12. t : 15,
Rumus mencari t adalah Cos to = - tan φ . tan δo + sin ho : cos φ : cos δo
· Cos tAsar = - tan φ . tan δo + sin hAsar : cos φ : cos δo
= - tan …………. X tan……….. + sin……: cos…..….: cos…………..
= ……………….
t = ………………..
t :15 = ………………..
· Cos tMghrb= - tan φ . tan δo + sin hMgrb : cos φ : cos δo
= - tan …………….X tan ………….+ sin ……: cos ……….: cos ……………
= ………………..
t = ………………
t :15 = ………………
· Cos tIsya’ = - tan φ . tan δo + sin hIsya’ : cos φ : cos δo
= - tan …………….X tan ………….+ sin ……: cos ……….: cos ……………
= ………………..
t = ………………
t :15 = ………………
· Cos tSubuh = - tan φ . tan δo + sin hSubuh : cos φ : cos δo
= - tan …………….X tan ………….+ sin ……: cos ……….: cos ……………
= ………………..
t = ………………
t :15 = ………………
· Cos tImsak = - tan φ . tan δo + sin hImsak : cos φ : cos δo
= - tan …………….X tan ………….+ sin ……: cos ……….: cos ……………
= ………………..
t = ………………
t :15 = ………………
· Cos tTerbit = - tan φ . tan δo + sin hTerbit : cos φ : cos δo
= - tan …………….X tan ………….+ sin ……: cos ……….: cos ……………
= ………………..
t = ………………
t :15 = ………………
· Cos tDhuha = - tan φ . tan δo + sin hDhuha : cos φ : cos δo
= - tan …………….X tan ………….+ sin ……: cos ……….: cos ……………
= ………………..
t = ………………
t :15 = ………………
Kemudian data di atas dimasukkan ke dalam rumus:
1. Dhuhur : MP – Inter + Ikhtiyat
MP = …………….
Inter. = …………….. -
……………..
Ikhtiyati = ……………... +
……………… (WIB)
2. Asar : MP + (t:15) - Inter + Ikhtiyat
MP = ……………..
t : 15 = …………….. +
……………..
Inter. = …………….. -
…………….
Ikhtiyati = …………….. +
…………….. (WIB)
3. Maghrib : MP + (t:15) – Inter + Ikhtiyat
MP = ……………..
t : 15 = …………….. +
……………..
Inter. = …………….. -
…………….
Ikhtiyati = …………….. +
…………….. (WIB)
4. Isya’ : MP + (t:15) – Inter + Ikhtiyat
MP = ……………..
t : 15 = …………….. +
……………..
Inter. = …………….. -
…………….
Ikhtiyati = …………….. +
…………….. (WIB)
5. Subuh : MP – (t:15) – Inter + Ikhtiyat
MP = ……………..
t : 15 = …………….. -
……………..
Inter. = …………….. -
…………….
Ikhtiyati = …………….. +
…………….. (WIB)
6. Imsak : MP – (t:15) – Inter – Ikhtiyat
MP = ……………..
t : 15 = …………….. -
……………..
Inter. = …………….. -
…………….
Ikhtiyati = …………….. -
…………….. (WIB)
7. Terbit : MP – (t:15) – Inter – Ikhtiyat
MP = ……………..
t : 15 = …………….. -
……………..
Inter. = …………….. -
…………….
Ikhtiyati = …………….. -
…………….. (WIB)
8. Dhuha : MP – (t:15) – Inter + Ikhtiyat
MP = ……………..
t : 15 = …………….. -
……………..
Inter. = …………….. -
…………….
Ikhtiyati = …………….. +
…………….. (WIB)
Referensi:
Drs. Muhyidin Khazin, Ilmu Falak Teori dan Praktik
HISAB AWAL WAKTU SHALAT
PELATIHAN
DASAR HISAB-RUKYAT
UNTUK SANTRI PELAJAR SE-DIY
KERJASAMA DEPARTEMEN AGAMA RI & PONPES NURULUMMAH
YOGYAKARTA, 14 – 16 NOPEMBER 2008
Abdul Mughits, M.Ag.
LAJNAH FALAKIYYAH
PIMPINAN WILAYAH NAHDLATUL ULAMA
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2008
oh
BalasHapus