Pada kehidupan sehari-hari banyak sekali kita temui fenomena gerak yang menunjukkan gerak, di antaranya adalah gerak rotasi benda. Benda dalam dunia nyata jauh lebih rumit; gaya-gaya yang bekerja dapat mengubah bentuk (mendeformasi) benda tersebut meregang, memuntir, atau meremukkan. Benda tegar dapat didefinisikan sebagai benda yang semua bagiannya memiliki hubungan tetap satu dengan yang lainnya. Sesungguhnya tidak ada benda yang benar-benar tegar, tetapi banyak benda, seperti misalnya molekul, batang logam, dan planet, cukup tegar, sehingga dalam banyak persoalan dapat diabaikan bahwa benda-benda tersebut dapat bengkok, melentur, ataupun bergetar (vibrasi).
Dalam makalah ini akan sedikit dibahas tentang rotasi benda terhadap sumbu putar yang tetap, dan momen inersia beberapa benda.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pusat Massa Benda Tegar
Telah diketahui pada bab sebelumnya bahwa pusat massa suatu sistem partikel sebagai titik (xcm, ycm, zcm) dimana
xcm = ycm = zcm =
Untuk sebuah benda tegar yang diperluas, kita dapat menambahkan suatu pengintegrasian volume benda, yakni :
xcm = ycm = zcm = (8.1)
dimana ρ adalah densitas (kerapatan), dan dv adalah elemen volume.
Jika sebuah benda tegar berbentuk sebuah kulit tipis, persamaan pusat massa menjadi
xcm = ycm = zcm = (8.2)
Jika benda berbentuk kawat tipis, maka
xcm = ycm = zcm = (8.3)
dimana adalah massa per satuan panjang, dan dl adalah elemen panjang.
Untuk benda homogen, ρ konstan pada setiap kasus. Oleh karena itu persamaan di atas tidak berlaku.
Jika terdapat dua buah benda atau lebih dimana pusat massanya diketahui, maka dari definisi pusat massa dapat ditulis
xcm = (8.4)
persamaan ini berlaku pula untuk ycm dan zcm. (x1, y1, z1) merupakan pusat massa dari m1.
2. Rotasi Benda Tegar pada Sumbu Tetap. Momen Inersia
Sumbu tetap diartikan sebagai suatu sumbu yang berada dalam keadaan diam di dalam suatu kerangka acuan inersia dan tidak berubah arah relatif terhadap kerangka tersebut. Ketika sebuah benda tegar berotasi pada sumbu tetap, setiap partikel di dalam benda bergerak dengan lintasan melingkar. Lingkaran terletak pada sebuah bidang yang tegak lurus terhadap sumbu dan berpusat pada sumbu. Pilih sumbu z pada sistem koordinat sebagai sumbu rotasi. Partikel mi terletak pada (xi, yi, zi) dengan jari-jari lingkaran (xi2 + yi2)1/2 = Ri pada sumbu z, lihat gambar 1.
y vi
mi
Ri φi yi
ω x
O xi
Gambar 1. Bagian bidang yang berotasi pada sumbu z. (arah sumbu z ke luar halaman).
Kecepatan vi pada partikel i yaitu
vi = Ri ω = (xi2 + yi2)1/2 ω
dimana ω adalah kecepatan sudut dari rotasi. Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa kecepatan memiliki komponen sebagai berikut :
i = - vi sin φi = - ωyi
i = vi cos φi = ωxi (8.9)
zi = 0
persamaan di atas dapat pula diperoleh dari komponen
vi = ω x ri (8.10)
dimana ω = k ω
Besarnya energy kinetik rotasi pada benda, yaitu :
Trot = = (8.11)
dimana
Iz = = (xi2 + yi2) (8.12)
Iz disebut momen inersia pada sumbu z
Untuk memembuktikan lebih lanjut momen inersia yang terdapat pada gambar, maka perlu dihitung momentum sudut pada sumbu rotasi. Momentum sudut pada sebuah partikel, ri mivi, komponen z adalah
mi(xii - yii) = mi (xi2 + yi2) ω = miRi2 ω (8.13)
Komponen z total pada momentum anguler, yaitu Lz, merupakan jumlah dari semua partikel, yakni :
Lz = = (8.14)
Pada bagian 7.2 ditemukan bahwa perubahan momentum sudut terhadap waktu pada sebuah sistem sama dengan total momen gaya luar.
= N
Apabila sebuah benda yang dipaksa berotasi pada sebuah sumbu tetap, pada sumbu z, maka
Nz = = (8.15)
Dimana Nz adalah momen total pada semua gaya yang terdapat pada sumbu rotasi ( komponen N sepanjang sumbu z. Jika benda tersebut adalah benda tegar, Iz konstan, dapat ditulis
Nz =Iz (8.16)
Analogi antara persamaan translasi dan rotasi pada sumbu tetap ditunjukkan pada persamaan berikut
Translasi sekitar sumbu x Rotasi pada sumbu z
Momenyum linear px = mvx Momentum sudut Lz = Iz ω
Gaya Fx = m Torsi Nz = Iz
Energi kinetik T = mv2 Energi kinetik Trot = Iz ω2
Jadi momen inersia analog dengan massa, dan v analog dengan ω.
3. Perhitungan Momen Inersia
Ketika sebuah benda tegar tidak dapat dinyatakan dengan beberapa titik massa, tetapi berupa distribusi massa yang homogen, penjumlahan massa dan jarak yang mendefinisikan momen inersia (persamaan (8.12)) menjadi sebuah integral. Bayangkan apabila benda dibagi menjadi elemen-elemen kecil dm sehingga semua titik dalam elemen benar-benar memiliki jarak tegak lurus yang sama dari sumbu rotasi, yang disebut R. Maka momen inersia adalah
I = (8.17)
Untuk menghitung integral, R dan dm harus dinyatakan dalam bentuk variabel integral yang sama, sedangkan dm adalah elemen massa.
Batang Tipis
Momen inersia batang tipis yang homogen dengan panjang a dan massa m, dengan sumbu tegak lurus terhadap ujung batang, yaitu
Iz = (8.18)
dimana m=
Jika sumbu terletak pada pusat batang, maka
Iz = (8.19)
Silinder Berlubang yang Berdinding Tipis
Momen inersia silinder berlubang yang berdinding tipis dengan pusat atau sumbu simetri semua partikel terletak pada jarak yang sama dari sumbunya, yaitu
Iaxis = ma2 (8.20)
dimana a adalah jari-jari, dan m adalah massa
Silinder Pejal
Untuk menghitung Momen inersia suatu silinder pejal dengan jari-jari a dan massa m, digunakan koordinat polar. Elemen massa adalah cincin tipis dengan jari-jari r dan ketebalan dr, yaitu
dm = ρ2r dr
dimana ρ adalah densitas. Momen inersianya adalah
Iaxis = = (8.21)
langkah akhir diperoleh dari hubungan m = ρa2
BAB III
PENUTUP
Sebuah benda tegar mungkin dianggap sebagai suatu sistem partikel yang memiliki posisi relatif satu dengan yang lainnya, dengan kata lain jarak antara dua partikel adalah konstan, definisi ini merupakan definisi yang diidealkan.
Sebuah partikel dalam benda tegar yang berotasi dengan kecepatan sudut ω memiliki laju v diberikan oleh
v = ω r
Momen inersia I dari sebuah benda pada sumbu yang diberikan, didefinisikan sebagai
Iz =m1R12 + m2r22 +… =
dimana Ri merupakan jarak tegak lurus massa mi dari sumbu putar. Semakin besar momen inersia, semakin sulit mengubah perputaran dari benda.
DAFTAR PUSTAKA
Fowles, Grant R. 1986. Analytical mechanics. USA : CBS college publishing
Young & Freedman. 2001. Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga
Halliday & Resnick. 1985. Fisika. Jakarta : Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar